Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Badminton, Dimainkan Sejak Ribuan Tahun Lalu

Kompas.com - 24/10/2021, 21:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Bulu ditangkis. Bulutangkis. Dua orang atau lebih, bermain dibatasi net. Menangkis bulu, melonjak, melompat, memukul, menggebrak. Smash!

Permainan bulutangkis ini, yang juga dikenal dengan nama badminton, jadi salah satu permainan paling populer.

Punya sejarah panjang, permainan ini tak ayal lagi, amat digemari di dunia. Bagaimana awal mulanya badminton bisa dimainkan dan dicintai?

Baca juga: Ketika Twit Nicholas Saputra soal Badminton Jadi Viral

Sejarah Badminton

Dilansir berbagai sumber, badminton bermula dari permainan battledore, yakni menepak bola ke depan maupun belakang selama mungkin.

Model permainan tersebut diperkirakan sudah dilakukan sejak lebih dari ribuan tahun lalu di India, Cina, Jepang, Thailand, hingga Yunani.

Kepopuleran badminton meningkat saat orang-orang mengenalkan ermainan tepok bola tersebut dari istana Badminton House, Gloucestershire, Inggris.

Duke of Beaufort, pemilik bangunan tersebut beserta keluarganya, kerap menggelar permainan yang diikuti oleh 11 orang anak-anaknya.

Inilah sejarah awal kepopuleran badminton.

Baca juga: Dengar Suara Aneh Saat Streaming Pertandingan Badminton, Aiptu Budiono Gagalkan Pencurian Minimarket

Perkembangan Badminton

Permainan tersebut lantas dibawa oleh tentara kerajaan Inggris menuju India.

Mereka menyelenggarakannya secara terbuka serta menambahkan jaring agar pesertanya bisa bermain secara bergiliran.

Menurut Brittanica, regulasi awal olahraga bulu tangkis disusun oleh sebuah klub bernama Badminton Batha di Inggris.

Baca juga: Muamar Qadafi, Atlet Badminton Asal Solo Jadi Pelatih Internasional untuk Olimpiade Tokyo 2020

Hingga pada akhirnya terbentuk asosiasi bulu tangkis Inggris pada 1893.

Inilah yang lantas berujung pada pendirian Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada 1934.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com