Alexander menerima pendidikan paling awal di bawah pengawasan ketat kerabatnya, Leonidas dari Epirus.
Leonidas, yang telah dipekerjakan oleh Raja Phillip, mengajar Alexander matematika, menunggang kuda, dan memanah. Ia merasakan tidak mudah untuk mengendalikan muridnya ini yang suka memberontak.
Tutor Alexander berikutnya adalah Lysimachus, yang menggunakan permainan peran untuk menarik perhatian anak laki-laki yang bermata gelap dan berambut keriting yang suka gelisah itu.
Alexander sangat senang menyamar sebagai prajurit Achilles.
Pada 343 SM, Raja Philip II meminta filsuf Aristoteles untuk mengajar Alexander di Kuil Nimfa di Meiza. Selama tiga tahun, Aristoteles mengajar Alexander dan beberapa temannya tentang filsafat, puisi, drama, sains, dan politik.
Melihat bahwa puisi Yunani kuno "Iliad" karya Homer mengilhami Alexander untuk bermimpi menjadi seorang pejuang heroik, Aristoteles membuat versi ringkasan dari buku tebal tersebut untuk dibawa oleh Alexander dalam kampanye militer.
Alexander menyelesaikan pendidikannya di Meiza pada 340 SM. Setahun kemudian, saat masih remaja, ia menjadi tentara dan memulai ekspedisi militer pertamanya, melawan suku Thracian.
Pada 338 SM, Alexander mengambil alih Kavaleri Pendamping dan membantu ayahnya mengalahkan tentara Athena dan Theban di Chaeronea.
Setelah Philip II berhasil dalam kampanyenya untuk menyatukan semua negara Yunani (minus Sparta) ke dalam Liga Korintus, hubungan antara ayah dan anak ini segera hancur.
Philip menikahi Cleopatra Eurydice, keponakan Jenderal Attalus, dan menyingkirkan ibu Alexander, Ratu Olympia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.