Jepang menyerah, membuat panggung kebangkitan perang saudara tercipta di China.
Pemerintah Nasionalis Chiang Kai-shek terus menerima dukungan AS baik sebagai bekas sekutu perangnya maupun sebagai satu-satunya pilihan untuk mencegah kontrol Komunis di China.
Pasukan AS menerbangkan puluhan ribu pasukan Nasionalis China ke wilayah yang dikuasai Jepang dan mengizinkan mereka menerima penyerahan Jepang.
Sebaliknya Uni Soviet, yang menduduki Manchuria dan hanya menarik diri ketika pasukan Komunis China berada di tempat untuk mengklaim wilayah itu.
Pada 1945, para pemimpin partai Nasionalis dan Komunis, Chiang Kai-shek dan Mao Zedong, bertemu untuk serangkaian pembicaraan tentang pembentukan pemerintahan pasca-perang.
Keduanya sepakat tentang pentingnya demokrasi, kesatuan militer, dan kesetaraan bagi semua partai politik China.
Gencatan senjata itu lemah, meskipun ada upaya berulang kali dari Jenderal AS George Marshall untuk menengahi kesepakatan. Pada 1946 kedua belah pihak berperang habis-habisan.
Baca juga: Kenapa 92 Juta Orang Gabung Partai Komunis China? Ini Alasan Para Anggota
Ketidakpercayaan selama bertahun-tahun antara kedua belah pihak menggagalkan upaya untuk membentuk pemerintahan koalisi.
Perang saudara berlangsung dari 1947 hingga 1949, dengan kemenangan Komunis akhirnya tampak semakin dekat.
Meskipun Komunis tidak menguasai kota-kota besar setelah Perang Dunia II, mereka memiliki dukungan akar rumput yang kuat, organisasi dan moral militer yang unggul, dan persediaan besar senjata yang disita dari Jepang di Manchuria.
Korupsi dan salah urus selama bertahun-tahun telah mengikis dukungan rakyat untuk Pemerintah Nasionalis.
Pada awal 1947, Pemerintah Republik China sudah melihat ke provinsi pulau Taiwan, di lepas pantai Provinsi Fujian, sebagai titik potensial untuk mundur.
Meskipun pejabat di Pemerintahan Truman tidak yakin akan pentingnya strategi bagi Amerika Serikat dalam menjaga hubungan dengan China Nasionalis, tidak seorang pun di Pemerintah AS yang ingin dituduh memfasilitasi "kehilangan" China dari komunisme.
Bantuan militer dan keuangan kepada kaum Nasionalis yang sedang terpuruk terus berlanjut, meskipun tidak pada tingkat yang diinginkan Chiang Kai-shek.
Pada Oktober 1949, setelah serangkaian kemenangan militer, Mao Zedong memproklamirkan berdirinya Republik Rakyat China (RRC).