Saat pertama kali dipetik, medlar berwarna coklat kehijauan dan menyerupai kesemek yang aneh.
Jika dimakan langsung, buah ini dapat membuat sakit parah, seorang dokter dan ahli botani abad ke-18 mengatakan bahwa buah ini dapat menyebabkan diare.
Cara memakannya adalah dengan menaruhnya di dalam peti serbuk gergaji atau jerami setelah dipetik, kemudian biarkan selama beberapa pekan.
Perlahan-lahan buah itu akan menjadi semakin gelap dan dagingnya yang keras dan sepat, melembut menjadi seperti apel panggang.
Ketika sudah seperti itu, buah menjadi sangat manis dengan rasa yang kompleks, seperti kurma yang terlalu matang bercampur dengan lemon, dan tekstur yang agak kasar.
Baca juga: Konsumsi Buah dan Sayur, Model Ini Sembuh dari Penyakit Eksim Parah
Buah itu dimakan dengan cara membelah dan langsung digigit isinya atau dengan menyendoknya, seperti para bangsawan lakukan.
Buah medlar masih menjadi makanan pokok musim dingin yang akrab selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, serta serta selama Perang Dunia II.
Setelah itu, buah medlar atau pantat terbuka suslit ditemukan di toko-toko.
Bisa jadi alasannya karena kalah saing dengan buah-buahan tropis, seperti pisang dan nanas yang lebih murah dan dipanen sepanjang tahun, jadi makanan lezat musim dingin tersebut tersisihkan.
Saat ini pohon medlar masih dapat ditemukan tersebar di seluruh Eropa, terkadang sebagai pagar di pedesaan atau pohon hias di taman, tapi harus dipastikan dahulu.
Baca juga: Situs Porno Ini Galang Dana untuk Selamatkan Katak Kantong Buah Zakar yang Nyaris Punah