Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayang-bayang Eli Cohen di Suriah

Kompas.com - 21/10/2012, 07:59 WIB

Tampaknya indikasi ucapan Paul Salem tidak bisa ditepis.

Harian Turki, Hurriyet Daily di edisi online 17 Oktober, mengindikasikan niat tersamar di balik perseteruan Suriah-Turki.

Chris Marsden menuliskan artikel berjudul Turkey leads US-sponsored Military Encirclement of Syria pada 18 Oktober 2012 di situs Global Research, sebuah lembaga pemikir yang bermarkas di Montreal, Kanada.

Marsden lebih menohok dengan membeberkan bukti-bukti. Dia mengatakan Turki menjadi semacam alat bagi AS dan Eropa untuk menyerang Suriah. Ini adalah sebuah cara untuk menghindari serangan AS yang ilegal ke Suriah.

Jadi, Turki harus dikondisikan untuk berperang dengan Suriah sebagai jalan masuk intervensi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), organisasi tempat Turki bergabung.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu secara eksplisit menyatakan, Wakil Presiden Suriah Farouk al-Sharaa adalah figur pemimpin yang bisa diterima semua pihak untuk menggantikan Assad.

Menteri Penerangan Suriah Omran al-Zoubi mengecam Davutoglu. ”Turki bukanlah Kesultanan Ottoman. Menlu Turki tidak memiliki hak untuk mengatur Damaskus, Mekkah, Kairo, dan Jerusalem,” kata Al-Zoubi, Senin (15/10).

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan cukup provokatif mengajak Suriah perang, dengan alasan serangan kecil lintas batas itu. Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menegaskan dukungan pada Tuki jika berperang dengan Suriah.

Ini diperkuat upaya Perancis dan Inggris yang sedang mengerahkan penasihat militer di Jordania. Upaya lain adalah membuat Irak bisa menahan pengiriman senjata Iran ke Suriah via wilayah Irak.

Tawaran damai

Sebenarnya Suriah menawarkan perdamaian kepada faksi-faksi di dalam negeri. Di situs harian Tehran Times, edisi 19 September, dituliskan hasil pertemuan antara Menlu Iran Ali Akbar Salehi dan Presiden Assad. Ada kesepakatan agar solusi dicapai, tetapi tidak dicampuri pihak luar.

Pengaruh luar amat dibenci Iran dan Suriah, yang selalu curiga kepada AS dan Israel. Dua negara ini dianggap telah menjadikan kawasan Timur Tengah sebagai mainan demi kepentingan geopolitik Barat, AS, dan Israel.

Barat juga mencoba bermain cantik dengan mengirimkan Lakhdar Brahimi, utusan khusus PBB dan Liga Arab, ke Suriah. Dia menggantikan Kofi Annan yang sudah mundur karena pusing dengan ruwetnya persoalan Suriah.

Namun, peran Brahimi, yang sedang mencoba mendekati Iran untuk membujuk Suriah, hanya menjadi berita kecil dan dianggap bukan hal serius.

Lalu bagaimana kira-kira akhir dari kisruh Suriah ini? Tampaknya hanya waktu yang bisa membuktikan kisah akhirnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com