Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayang-bayang Eli Cohen di Suriah

Kompas.com - 21/10/2012, 07:59 WIB

Suriah kisruh di dalam. Ada gugatan pada etnis minoritas Alawite yang mendominasi Suriah, negara berpenduduk mayoritas non-Alawite. Kisruh berawal dari gerakan prodemokrasi, melanjutkan Musim Semi Arab. Alasannya, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad diktator dan tidak demokratis.

Namun, kisruh di Suriah jauh dari sekadar tuntutan demokrasi. Ini adalah kelanjutan sejarah perebutan hegemoni, mirip situasi era Perang Dingin.

Apakah kediktatoran menjadi alasan pemberontakan yang telah menewaskan 30.000 orang dan memaksa 100.000 orang eksodus? Seperti apa demokrasi yang dituntut, meski memang Assad sudah terlalu lama memimpin, melanjutkan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad, yang berkuasa sejak 1971.

”Saya melihat ada harapan. Ini sesuai fakta bahwa warga Suriah cinta negaranya. Mereka berkomitmen terhadap pluralisme,” kata Pastor Paolo Dall’Oglio dari Serikat Jesuit, pada 6 September di Roma, Italia. Dia dipaksa keluar setelah 30 tahun bertugas di Suriah.

Ini menunjukkan, lepas dari kekurangan Presiden Assad, Suriah merupakan tempat bagi pluralisme. Lalu mengapa ada gerakan Musim Semi Arab yang hingga kini tidak singgah di Arab Saudi, sebuah negara yang juga dikuasai dinasti monarki absolut?

Demokrasi adalah dambaan banyak orang. Namun, terkadang atas nama demokrasi terjadi sebuah permainan politik internasional yang bertujuan lain.

Permainan politik internasional inilah yang tampak bermain demi merobohkan Rezim Assad, yang ditolak China dan Rusia lewat DK PBB.

Mengapa ada permainan politik yang menyasar Suriah? Ini adalah negara yang belum takluk atau belum berhasil menjadi kawan, sebagaimana Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi di Timur Tengah.

Suriah tampaknya terjebak dalam permainan ini. Namun, mempermainkan Suriah tidak mudah mengingat hegemoni AS tidak sekuat masa silam. Setidaknya China dan Rusia, yang juga ingin menancapkan pengaruh, tidak mau Suriah mudah jatuh seperti Irak, Libya, dan lainnya.

Turki masuk

Upaya merobohkan Suriah tidak kunjung berhenti, sembari aksi saling serang antara pasukan pemerintah dan oposisi Suriah di dalam negeri terus berlanjut. Setelah buntu selama 18 tahun terakhir mendadak muncul isu perseteruan terkait perbatasan Suriah dan Turki.

Ini berawal dari penembakan wilayah Turki, persisnya kota Akcakale, dari arah Suriah, yang langsung dibalas lebih keras oleh Turki.

Mengapa Suriah menyerang?

Ali Tekin, asisten profesor Hubungan Internasional di Universitas Bilkent, Ankara, mengatakan, Suriah sepertinya ingin mengingatkan bahwa intervensi Turki bisa membakar kawasan. Suriah dikatakan hendak mengirim pesan agar Turki tidak coba-coba menjalankan skenario berusaha menjungkalkan Presiden Assad.

Meski demikian, Paul Salem dari The Carnegie Middle East Center, yang berbasis di Beirut, Lebanon, tak menepis kemungkinan bahwa tembakan dari Suriah ke Turki sengaja dilakukan pihak pemberontak Suriah, yang justru didukung Turki. Ini dimaksudkan untuk mendorong komunitas internasional, termasuk Turki, campur tangan dalam penjungkalan rezim Suriah lewat serangan militer.

Tampaknya indikasi ucapan Paul Salem tidak bisa ditepis.

Harian Turki, Hurriyet Daily di edisi online 17 Oktober, mengindikasikan niat tersamar di balik perseteruan Suriah-Turki.

Chris Marsden menuliskan artikel berjudul Turkey leads US-sponsored Military Encirclement of Syria pada 18 Oktober 2012 di situs Global Research, sebuah lembaga pemikir yang bermarkas di Montreal, Kanada.

Marsden lebih menohok dengan membeberkan bukti-bukti. Dia mengatakan Turki menjadi semacam alat bagi AS dan Eropa untuk menyerang Suriah. Ini adalah sebuah cara untuk menghindari serangan AS yang ilegal ke Suriah.

Jadi, Turki harus dikondisikan untuk berperang dengan Suriah sebagai jalan masuk intervensi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), organisasi tempat Turki bergabung.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu secara eksplisit menyatakan, Wakil Presiden Suriah Farouk al-Sharaa adalah figur pemimpin yang bisa diterima semua pihak untuk menggantikan Assad.

Menteri Penerangan Suriah Omran al-Zoubi mengecam Davutoglu. ”Turki bukanlah Kesultanan Ottoman. Menlu Turki tidak memiliki hak untuk mengatur Damaskus, Mekkah, Kairo, dan Jerusalem,” kata Al-Zoubi, Senin (15/10).

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan cukup provokatif mengajak Suriah perang, dengan alasan serangan kecil lintas batas itu. Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menegaskan dukungan pada Tuki jika berperang dengan Suriah.

Ini diperkuat upaya Perancis dan Inggris yang sedang mengerahkan penasihat militer di Jordania. Upaya lain adalah membuat Irak bisa menahan pengiriman senjata Iran ke Suriah via wilayah Irak.

Tawaran damai

Sebenarnya Suriah menawarkan perdamaian kepada faksi-faksi di dalam negeri. Di situs harian Tehran Times, edisi 19 September, dituliskan hasil pertemuan antara Menlu Iran Ali Akbar Salehi dan Presiden Assad. Ada kesepakatan agar solusi dicapai, tetapi tidak dicampuri pihak luar.

Pengaruh luar amat dibenci Iran dan Suriah, yang selalu curiga kepada AS dan Israel. Dua negara ini dianggap telah menjadikan kawasan Timur Tengah sebagai mainan demi kepentingan geopolitik Barat, AS, dan Israel.

Barat juga mencoba bermain cantik dengan mengirimkan Lakhdar Brahimi, utusan khusus PBB dan Liga Arab, ke Suriah. Dia menggantikan Kofi Annan yang sudah mundur karena pusing dengan ruwetnya persoalan Suriah.

Namun, peran Brahimi, yang sedang mencoba mendekati Iran untuk membujuk Suriah, hanya menjadi berita kecil dan dianggap bukan hal serius.

Lalu bagaimana kira-kira akhir dari kisruh Suriah ini? Tampaknya hanya waktu yang bisa membuktikan kisah akhirnya.

Yang jelas, Suriah sudah terjebak permainan global dan tampaknya sulit lepas. Ini tinggal menunggu siapa kuat dan tahan saja.

Hal yang memperburuk keadaan ini adalah posisi Suriah yang tidak lepas pula dari masalah eksternal Israel.

Ada isu Dataran Tinggi Golan, bagian wilayah Suriah yang hingga kini diduduki Israel. Ini adalah sebuah wilayah strategis dan penting demi pemantauan keamanan Israel. Suriah harus lemah atau dibuat menjadi penurut dan melupakan Golan.

Dengan Suriah, Israel punya sejarah kegiatan mata-mata yang legendaris. Eliahu ben Shaoul Cohen, atau Eli Cohen, adalah mata-mata Mossad yang berperan sebagai seorang pebisnis Suriah.

Akar nenek moyangnya seorang Yahudi kelahiran Aleppo di Suriah Utara, membuat Cohen pernah berhasil menapaki karier militer yang tinggi di Suriah.

Sebagai mata-mata, Cohen pindah ke Damaskus tahun 1962. Dia memiliki aksen Arab Suriah yang sempurna dan berhasil menjadi penasihat militer Suriah atas nama alias Kamel Amin Thaabet. Dia dihukum gantung tahun 1965 karena ketahuan mengirim seluruh kode rahasia militer Suriah ke Israel.

Cohen yang besar di Alexandria, Mesir, adalah legenda Mossad. Apakah kisruh Suriah sekarang juga merupakan personifikasi dari hantu Cohen? Dengan kata lain, Suriah tidak akan pernah bisa lepas dari upaya Israel yang menghendaki Suriah jadi ”teman”.

Dalam hal kisruh Turki-Suriah, seorang wartawan menyebutkan bahwa dua negara ini, yakni Turki dan Israel, sama-sama berkepentingan meredam Suriah. Di jurnal Turkish Weekly, seorang wartawan Israel Arad Nir mengatakan Israel dan Turki memiliki keprihatinan tentang keberadaan senjata pemusnah massal. Ini sebuah isu, yang pernah digunakan untuk Irak dan menjadi alasan penjungkalan Presiden Irak Saddam Hussein.

Menarik untuk menantikan seperti apa Suriah ke depan. (REUTERS/AP/AFP/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com