Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Kompas.com - 21/05/2024, 15:45 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

PRESIDEN Iran, Ebrahim Raisi, ditemukan tewas pada Senin (20/05/2024) selang beberapa jam setelah helikopter yang ditumpanginya dilaporkan mengalami kecelakaan. Presiden Raisi tewas bersama menteri luar negerinya, Hossein Amirabdollahian.

Kini, warga Iran harus menunggu sekitar 50 hari sebelum memilih presiden baru. Sembari menunggu hari pemilihan tiba, posisi presiden untuk sementara akan diisi oleh wakil presiden pertama Iran, Mohammad Mokhber.

Baca juga: Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

“Kami akan mengikuti jejak Raisi dalam menjalankan tugas yang dipercayakan tanpa gangguan apapun,” kata Mokhber dalam sebuah pernyataan yang dikutip media Iran.

Siapa Mohammad Mokhber?

Wakil presiden pertama Iran adalah posisi yang didapatkan dengan ditunjuk, bukan dipilih. Sejak tahun 1989, posisi tersebut telah memegang sejumlah kekuasaan yang dahulunya dipegang seorang perdana menteri.

Selain wakil presiden pertama, Iran juga memiliki beberapa wakil presiden lainnya yang juga ditunjuk untuk melakukan tugas secara bersamaan. Masing-masing dari mereka memiliki tugas yang berbeda dan yang memegang peranan tertinggi adalah wakil presiden pertama.

Sebagai wakil presiden pertama, Mokhber seringkali melakukan perjalanan keliling negeri untuk meresmikan berbagai proyek pembangunan pemerintah dan menemani Raisi atau memimpin banyak perjalanan ke luar negeri. Mokhber dilaporkan pernah berkunjung ke Rusia bersama dengan petinggi militer dan keamanan untuk membahas transfer senjata.

Mokhber diangkat menjadi wakil presiden pertama oleh Raisi pada Agustus 2021. Ia secara resmi menjadi orang ketujuh yang menduduki posisi tersebut. Mokhber juga disebut sebagai salah satu wakil presiden pertama paling berpengaruh dalam sejarah Iran.

Baca juga: Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Ia dipilih karena memiliki hubungan erat dengan pemimpin tertinggi dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Ia juga memiliki pengalaman dalam mengelola urusan eksekutif berskala besar.

Sebelum diangkat menjadi wakil presiden, Mokhber sempat menjabat sebagai ketua Setad Iran, atau Organisasi Eksekusi Perintah Imam Khomeini. Tahun 2021, Setad dan Mokhber mendapat sanksi dari Amerika Serikat (AS) terkait tuduhan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, salah satunya hak atas wilayah dan properti. Mokhber sebelumnya juga pernah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa pada tahun 2010 karena tuduhan keterlibatan dalam program nuklir dan rudal balistik. Namun, sanksi itu dicabut dua tahun kemudian.

Anggota tim penyelamat bekerja di lokasi jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi di Varzaghan, di barat laut Iran, pada 20 Mei 2024. Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan tewas pada 20 Mei setelah tim penyelamat menemukan helikopternya yang jatuh di wilayah pegunungan barat yang diselimuti kabut, yang memicu duka di republik Islam tersebut. AZIN HAGHIGHI/Kantor Berita MOJ/AFP Anggota tim penyelamat bekerja di lokasi jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi di Varzaghan, di barat laut Iran, pada 20 Mei 2024. Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan tewas pada 20 Mei setelah tim penyelamat menemukan helikopternya yang jatuh di wilayah pegunungan barat yang diselimuti kabut, yang memicu duka di republik Islam tersebut.
Kematian Raisi Tak Akan Mengubah Arah Kebijakan Iran

Walau Presiden Raisi telah tewas dan akan digantikan, analis beranggapan bahwa tak akan banyak hal yang berubah pada kebijakan Iran. Pada dasarnya, seorang presiden di Iran memiliki tanggung jawab penting untuk menjalankan fungsi-fungsi administratif, termasuk mengatur birokrasi pemerintahan.

Seorang presiden juga punya hak untuk memimpin sebuah inisiatif dan memimpin Dewan Keamanan Nasional Tertinggi yang bertanggung jawab dalam mengambil keputusan program nuklir dari negara tersebut.

Meski demikian, kekuasaan seorang presiden di Iran masih sangat dibatasi oleh wewenang dari pemimpin tertinggi yang bertanggung jawab dalam mengawasi seluruh urusan negara. Saat ini, posisi pemimpin tertinggi dipegang Ayatollah Ali Khamenei yang secara historis selalu memiliki hubungan yang tegang dengan para presiden karena perbedaan pandangan.

Namun, tampaknya Raisi merupakan presiden favorit Khamenei karena Raisi selalu bersikap hormat terhadap Khamenei. Faktanya, Raisi tak memiliki begitu banyak pengaruh, khususnya dalam urusan internasional. Raisi jarang menentang parameter kebijakan luar negeri Iran. Ia justru selalu menerima sistem pengambilan keputusan yang ada di negara tersebut sebagaimana adanya, misalnya bagaimana sejumlah urusan terkait keamanan dilimpahkan kepada pemimpin tertinggi.

Meski begitu, kematian Raisi tetap meninggalkan warisan bagi Iran, salah satunya adalah sistem yang represif. Semasa kariernya, Raisi menghabiskan banyak waktu di bidang peradilan dan tak pernah menyesal telah menjatuhkan hukuman mati bagi para pembangkang politik.

Salah satu perannya yang paling populer adalah pada tahun 1988 ketika ia bersama dua hakim lainnya menjatuhkan hukuman mati kepada lebih dari lima ribu pembangkang dalam waktu singkat.

Ketika Raisi jadi presiden, ia selalu tekun dan disiplin mengikuti arahan Khamenei. Hal ini termasuk tindakan keras terhadap aksi protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini tahun 2022.

Ketekunan Raisi selama menjadi presiden membuatnya menjadi calon yang cocok untuk menjadi penerus Khamenei yang kesehatannya dilaporkan kian memburuk seiring dengan pertambahan usianya.

Apa Langkah Iran Selanjutnya?

Ali Khamenei telah menetapkan periode berkabung untuk sementara waktu ini. Secara bersamaan, ia telah menyetujui agar Mokhber mengambil alih peran presiden untuk sementara waktu sampai pemilihan presiden diadakan. Presiden selanjutnya diprediksi akan sama konservatifnya seperti Raisi, namun mungkin hanya lebih muda.

Sebelumnya di tahun 1981, Iran juga sempat melalui situasi yang sama seperti sekarang ini setelah tewasnya Mohammad Ali Rajai dalam pengeboman oleh teroris. Khamenei saat itu terpilih untuk menggantikannya dan menjabat menjadi presiden Iran sampai dengan tahun 1989. Selanjutnya, Khamenei diangkat menjadi pemimpin tertinggi Iran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com