Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Kompas.com - 13/05/2024, 18:30 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DALAM beberapa tahun terakhir, Tunisia menjadi lokasi transit populer bagi para pencari suaka dari berbagai negara Afrika sub-Sahara yang hendak bermigrasi ke Eropa. Saat ini, diperkirakan jumlah migran ilegal dari wilayah Afrika sub-Sahara yang ada di Tunisia kira-kira puluhan ribu orang.

Para pencari suaka ini terpaksa melarikan dari negara asalnya akibat berbagai macam konflik, mulai dari perang, kekerasan, hingga pemerintahan yang korup. Meski begitu, banyak dari mereka yang justru terjebak di Tunisia tanpa jalan menuju Eropa atau kembali ke negara asalnya. 

Akibat banyaknya migran yang terjebak, Tunisia menjadi terlalu padat dan warga lokal mulai merasa terancam.

Baca juga: Arab Saudi Tangkap 14.000 Imigran Ilegal Hanya Dalam 7 Hari

Semenjak revolusi tahun 2011, Tunisia terus menyaksikan tingginya angka pengangguran. Sebanyak 17 persen dari total penduduk Tunisia juga dilaporkan hidup di bawah garis kemiskinan. Seiring dengan semakin membludaknya jumlah migran dan pengungsi, itu berarti warga lokal harus menghadapi persaingan yang jauh lebih ketat guna mendapatkan akses kepada sumber daya yang terbatas.

Tak jarang, warga Tunisia yang kehilangan peluang bekerja di tempat tinggalnya sendiri terpaksa berpindah untuk mencari kehidupan yang layak. Contohnya, tahun 2023 dilaporkan bahwa terdapat sekitar 17 ribu warga Tunisia pindah secara ilegal ke Italia. Para pendatang ini berasal dari wilayah-wilayah kelas pekerja yang dipenuhi para pengungsi.

Di sisi lain, warga lokal yang masih berada di Tunisia mulai melihat para migran dan pengungsi dengan sentimen negatif. Sebagai akibatnya, ketegangan antara warga lokal dengan para migran dan pengungsi mulai memanas.

“Kami melihat dimulainya milisi warga dan masyarakat yang marah menyerang para migran. Sesuatu akan terjadi… itu tidak bisa dihindari. Tunisia pada dasarnya telah menjadi jebakan bagi para migran,” kata Hamza Maddeb dari Carnegie Middle East Center.

Para Migran dan Pengungsi Jadi Target Kekerasan Warga Lokal

Para pendatang yang mencari suaka di Tunisia justru harus menghadapi tantangan-tantangan baru yang tak jarang melibatkan kekerasan. Warga lokal sempat dilaporkan menyerang para pengungsi yang berada di kota pertanian dan perikanan al-Amra dengan kembang api. Sejumlah warga tersebut tidak suka dengan para pengungsi yang berlindung di wilayah pertanian. Warga lokal mengatakan bahwa para petani membutuhkan lahan tersebut untuk memberi makan keluarga mereka.

Para pengungsi juga dilaporkan harus berhadapan dengan ancaman penculikan, penyiksaan, hingga penyelundupan setiap hari. Saat berada di kamp pengungsi pun, para pengungsi ini mengaku tidak merasa aman karena selalu diawasi oleh polisi yang seringkali menggunakan kekerasan.

Solomon, salah satu pengungsi berkata ia pernah melihat drone terbang naik dan turun ketika dirinya berada di kamp Kilometer 31. Temannya, Richard, berkata bahwa di kamp Kilometer 34 juga sempat terjadi penggerebekan oleh polisi. Polisi membakar tenda dan menembakkan gas air mata.

Tak hanya selalu diawasi, para pengungsi di kamp-kamp juga terancam oleh penyakit akibat minimnya pelayanan medis. Richard dan Solomon juga tak luput dari penyakit.

“Saya sakit, anda bisa lihat. Badanku sakit,” kata Richard. “Saya harus pergi ke rumah sakit tetapi mereka tidak memberikan bantuan. Di Sfax, ini sangat sulit.”

“Saya mulai batuk tiga hari lalu. Seluruh tubuhku sakit. Banyak orang di kamp mengalami gejala yang sama,” kata Solomon.

Kembali ke Negara Asal Tak Mungkin

Banyak pengungsi di Tunisia terpaksa menetap di ladang di luar Kota Sfax atau dekat Zarzis di perbatasan Libya. Di kebun zaitun di luar Sfax contohnya, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa terdapat sekitar 15.000 orang pengungsi yang saat ini berkemah disana.

Berkemah di tempat seperti itu tidaklah aman, apalagi mengingat ancaman-ancaman yang mengintai mereka. Namun, mereka tidak punya pilihan.

Baca juga: Pakistan Akan Deportasi 1,7 Juta Imigran Ilegal dari Afghanistan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang, Apa Dampaknya?

Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang, Apa Dampaknya?

Internasional
Pejabat Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Banyak Sandera Israel yang Masih Hidup

Pejabat Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Banyak Sandera Israel yang Masih Hidup

Internasional
Rusia Kirim Kapal Perang Ke Kuba, untuk Apa?

Rusia Kirim Kapal Perang Ke Kuba, untuk Apa?

Internasional
Bagaimana Cara Barat Pakai Aset Rusia yang Dibekukan untuk Dukung Ukraina?

Bagaimana Cara Barat Pakai Aset Rusia yang Dibekukan untuk Dukung Ukraina?

Internasional
Invasi Rusia ke Ukraina Menimbulkan Emisi Karbon yang Besar

Invasi Rusia ke Ukraina Menimbulkan Emisi Karbon yang Besar

Internasional
Inilah Poin-poin Perdebatan dalam Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Hamas

Inilah Poin-poin Perdebatan dalam Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Hamas

Internasional
Upaya Pemulihan Keamanan di Ekuador Picu Kekhawatiran Terkait HAM

Upaya Pemulihan Keamanan di Ekuador Picu Kekhawatiran Terkait HAM

Internasional
Gelombang Partai Ultra Kanan Menjungkirbalikkan Politik Nasional Eropa

Gelombang Partai Ultra Kanan Menjungkirbalikkan Politik Nasional Eropa

Internasional
Hunter Biden Dinyatakan Bersalah, Apa Dampaknya bagi Joe Biden?

Hunter Biden Dinyatakan Bersalah, Apa Dampaknya bagi Joe Biden?

Internasional
Berbagai Cara Rusia Pakai Jalur Rahasia untuk Dapatkan Barang Impor

Berbagai Cara Rusia Pakai Jalur Rahasia untuk Dapatkan Barang Impor

Internasional
Bocoran Percakapan yang Diklaim dari Pemimpin Hamas Sebut Kematian Warga Sipil adalah 'Pengorbanan yang Perlu'

Bocoran Percakapan yang Diklaim dari Pemimpin Hamas Sebut Kematian Warga Sipil adalah "Pengorbanan yang Perlu"

Internasional
Sosok 6 Calon Presiden Iran untuk Menggantikan Raisi

Sosok 6 Calon Presiden Iran untuk Menggantikan Raisi

Internasional
UU Siber Nigeria Dijadikan Alat untuk Bungkam Suara Kritis

UU Siber Nigeria Dijadikan Alat untuk Bungkam Suara Kritis

Internasional
Bagaimana Operasi Penyelamatan 4 Sandera Israel di Gaza Berlangsung?

Bagaimana Operasi Penyelamatan 4 Sandera Israel di Gaza Berlangsung?

Internasional
Narendra Modi Kembali Menangi Pemilu, Apa Artinya bagi Dunia?

Narendra Modi Kembali Menangi Pemilu, Apa Artinya bagi Dunia?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com