Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi di Penjara Abu Ghraib 20 Tahun Lalu?

Kompas.com - 02/05/2024, 10:22 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

PADA 11 September 2001, empat pesawat komersial Amerika Serikat (AS) dibajak sekelompok teroris. Dua pesawat kemudian menabrakan diri ke dua bangunan World Trade Center (WTC) di Kota New York, satu jatuh di Pentagon, dan satu lagi jatuh di sebuah ladang kosong di Pennsylvania. Insiden tersebut menewaskan 2.977 orang. Peristiwa itu menjadi salah satu insiden paling tragis dalam sepanjang sejarah AS.

Geram dengan aksi keji tersebut, presiden AS saat itu, George W Bush bertekad membasmi semua kelompok terorisme di dunia, khususnya yang menggerakan serangan pada 9 September itu. Sembilan hari setelah insiden, Presiden Bush mengumumkan “War on Terror” atau perang melawan terorisme.

War on terror berawal pada 7 Oktober 2001, dimulai dari Afghanistan dengan targetnya adalah Taliban dan Al Qaeda. Di tahun 2003, tentara AS dan koalisinya menyerang Irak setelah mendapat informasi intelijen bahwa pemimpin Irak ketika itu, Saddam Hussein, memiliki senjata pemusnah massal.

Baca juga: Pangkalan Koalisi AS di Suriah Diserang Roket yang Ditembakkan dari Irak

Banyak yang terjadi saat AS menyerang Irak, salah satu yang paling disoroti dunia adalah tragedi di penjara Abu Ghraib. Penjara Abu Ghraib merupakan sebuah kompleks penjara besar di Baghdad, Iraq. Pada masa pemerintahan Saddam Hussein, dari 1979 sampai tahun 2003, penjara itu dipenuhi tahanan politik dan dikenal karena penggunaan kekerasan.

Pada Agustus 2003, AS mengambil alih penjara tersebut. Di bawah AS, penjara itu difungsikan sebagai pusat penahanan oleh Angkatan Darat AS untuk warga Irak yang ditangkap dari tahun 2003-2006. 

Penjara Abu Ghraib menjadi sorotan global tahun 2004. Sebenarnya di November 2003, Associated Press sudah mempublikasikan laporan terkait kekerasan yang dilakukan tentara AS di penjara itu. Di awal tahun 2004, seorang Mayor Jenderal Angkatan Darat AS, Antonio Taguba, juga melakukan investigasi terhadap situasi di penjara Abu Ghraib.

Namun, kasus ini baru benar-benar memanas ketika program televisi AS, 60 Minutes II menayangkan sebuah segmen di bulan April 2004 yang menampilkan beberapa foto tentara AS melecehkan para tahanan di dalam penjara. Kasus kian memanas ketika laporan Taguba bocor ke publik seminggu setelah penayangan segmen 60 Minutes II tersebut.

Menurut penyelidikan Taguba, ada beberapa faktor yang mendorong tindakan kekerasan, seperti pelatihan yang buruk, jumlah staf yang terbatas, kepemimpinan yang tidak berfungsi, dan etos kerja yang buruk.

Kekerasan-kekerasan di penjara Abu Ghraib terjadi paling parah pada Oktober sampai November 2003, tepatnya saat berada di bawah kendali Brigade Polisi Militer ke-800 dari Uniondale, New York, di bawah komando Brigjen Janis Karpinski. Berdasarkan hasil penyelidikan Taguba, anggota polisi militer banyak yang terlibat dalam pembunuhan, penganiayaan, penyiksaan, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya.

Salah satu foto yang kontroversial dari kasus itu adalah yang menunjukkan beberapa anggota Angkatan Darat AS berpose mengacungkan jempol dengan jenazah dari Manadel al-Jamadi. Jamadi merupakan salah satu tahanan di penjara Abu Ghraib yang tewas karena sesak napas setelah dipaksa untuk mengenakan penutup kepala. Dia juga mengalami patah tulang rusuk, dan dibelenggu. Jenazahnya kemudian dikemas dalam es, diduga sebagai upaya untuk menyembunyikan penyebab kematiannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com