SUDAH enam bulan lebih sejak sejumlah anggota Hamas menyerbu Israel selatan dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera ratusan orang lain. Sebagai tanggapan, Israel pun bersumpah untuk "melumatkan dan menghancurkan Hamas" sehingga tidak lagi menjadi ancaman, dan akan memulangkan semua sandera.
Dalam perang brutal yang terjadi setelahnya, setidaknya 33.000 warga Palestina telah tewas, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, dan sebagian besar Gaza hancur karena perang.
Israel mengatakan, mereka telah membunuh ribuan petempur Hamas dan menghancurkan sebagian besar jaringan terowongan bawah tanah di Gaza, yang digunakan Hamas untuk melakukan serangan.
Sebelum 7 Oktober 2023, Hamas diperkirakan memiliki sekitar 30.000 petempur di Gaza. Angka itu menurut sejumlah laporan yang mengutip para komandan militer Israel.
Banyak tokoh politik senior Hamas, seperti Ismail Haniyeh, yang secara luas dianggap sebagai pemimpin kelompok Hamas, tinggal di luar negeri. Namun banyak struktur kepemimpinan militer Hamas diperkirakan berada di Gaza.
Baca juga: Reaksi Pemimpin Hamas Haniyeh Dengar 3 Putranya Tewas dalam Serangan Israel di Gaza
Dalam pernyataannya baru-baru ini, militer Israel mengatakan bahwa pihaknya telah membunuh sekitar 13.000 petempur Hamas sejak awal perang. Tidak disebutkan bagaimana cara menghitungnya sehingga mendapat angka tersebut.
Israel juga mempublikasikan nama-nama pemimpin Hamas yang dikatakan telah terbunuh. Sebanyak 113 orang telah diidentifikasi dengan identitas itu sejak Oktober, sebagian besar dari mereka dilaporkan tewas pada tiga bulan pertama perang.
Pada 26 Maret, militer Israel mengatakan telah membunuh Marwan Issa, wakil komandan sayap militer Hamas. Issa dianggap sebagai salah satu orang paling dicari Israel. Dia menjadi pemimpin Hamas paling senior yang dibunuh sejak perang dimulai. AS mengatakan pihaknya percaya bahwa Issa terbunuh, namun Hamas belum mengonfirmasinya.
Militer Israel menerbitkan nama-nama orang yang dikatakan sebagai pemimpin senior Hamas yang terbunuh, namun tidak mungkin untuk memverifikasi apakah mereka benar-benar anggota kelompok tersebut. Salah satu yang masuk dalam kategori ini adalah Mustafa Thuraya, yang bekerja sebagai jurnalis lepas di Gaza selatan ketika kendaraannya diserang pada Januari lalu.