Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Jurnalis dan Kru Media Tewas dalam Perang Gaza

Kompas.com - 20/03/2024, 11:17 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

KORESPONDEN Al Jazeera Arabic, Ismail al-Ghoul, telah dibebaskan setelah ditangkap di sekitar Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza dan ditahan selama 12 jam oleh tentara Israel. Dia mengaku disiksa saat ditahan.

Al-Ghoul tiba di Rumah Sakit al-Shifa pada Senin (18/3/2024) pagi bersama krunya dan reporter lainnya untuk meliput serangan keempat tentara Israel ke rumah sakit tersebut. Rumah sakit itu menampung ribuan warga sipil yang terjebak, termasuk staf medis, pasien, dan keluarga pengungsi.

Saksi mata mengatakan, wartawan Al-Jazeera itu diseret pasukan Israel, yang juga menghancurkan kendaraan penyiaran kru berita yang ada di lokasi.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 31.819 Orang, PBB Peringatkan Senjata Kelaparan

Al-Ghoul mengatakan kepada Al Jazeera setelah pembebasannya bahwa pasukan Israel menghancurkan peralatan media dan menangkap jurnalis yang berkumpul di sebuah ruangan yang digunakan tim media. Dia mengatakan, para jurnalis ditelanjangi dan dipaksa tengkurap dengan mata ditutup dan tangan diikat.

Tentara Israel melepaskan tembakan untuk menakuti mereka jika ada gerakan, kata al-Ghoul. Dia menambahkan, dirinya ia telah mendengar beberapa rekannya telah dibebaskan, namun ia tidak memiliki informasi mengenai keberadaan mereka.

Sudah 95 jurnalis dan kru media tewas

Sejak 7 Oktober 2023, saat Hamas menyerang Israel, sampai dengan 6 Maret 2024, setidaknya 32.000 orang telah tewas dan 95 di antaranya merupakan jurnalis atau kru media. Dari total jurnalis dan kru media yang tewas itu, Committee to Protect Journalists (CPJ) mengonfirmasi bahwa 90 di antaranya dari Palestina, dua dari Israel, dan tiga dari Lebanon.

Sebanyak 16 jurnalis lain dilaporkan luka-luka, empat jurnalis dikabarkan hilang, dan 25 jurnalis ditahan. Selain itu, para jurnalis juga banyak menjadi target ancaman, serangan siber, dan sensor. Tidak hanya jurnalis, keluarga-keluarga para jurnalis ini juga banyak dilaporkan menjadi korban pembunuhan.

Para jurnalis di Gaza harus selalu menghadapi risiko yang sangat tinggi ketika mereka sedang meliput konflik di sana akibat serangan militer Israel, adanya gangguan komunikasi, kekurangan pasokan, dan pemadaman listrik.

Sayangnya, perlindungan terhadap jurnalis yang bertugas di Gaza masih sangat minim. Pada Oktober, contohnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengabarkan kepada  Reuters dan Agence France Presse (AFP) melalui sebuah surat bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan para jurnalis yang ada di Gaza.

Pernyataan IDF itu merupakan respons dari permintaan Reuters dan AFP untuk jaminan bahwa jurnalis mereka di Gaza tidak akan menjadi sasaran serangan Israel.

“IDF menargetkan semua aktivitas militer Hamas di seluruh Gaza,” kata IDF. Pernyataan itu menambahkan, Hamas sengaja menempatkan operasi militer “di sekitar jurnalis dan warga sipil”.

Baca juga: Bagaimana Caranya Bantuan Kemanusian Masuk ke Gaza?

IDF juga mencatat bahwa serangan berintensitas tinggi terhadap Hamas dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan di sekitarnya. IDF juga menambahkan bahwa roket Hamas kemungkinan dapat salah sasaran dan membunuh orang-orang di Gaza.

“Dalam keadaan seperti ini, kami tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda, dan sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka,” demikian isi pernyataan IDF.

“Situasi di lapangan sangat buruk, dan keengganan IDF untuk memberikan jaminan mengenai keselamatan kru kami mengancam kemampuan mereka untuk menyampaikan berita tentang konflik ini tanpa rasa takut terluka atau terbunuh,” kata Reuters dalam sebuah pernyataan menanggapi surat IDF.

Direktur Berita Global AFP, Phil Chetwynd, mengatakan, organisasi beritanya telah menerima surat yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com