Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Tahun Invasi Rusia ke Ukraina: Bagaimana Dampak Sanksi Ekonomi?

Kompas.com - 04/03/2024, 10:42 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

INVASI Rusia ke Ukraina tepat dua tahun pada 24 Februari 2024. Menurut data dari lembaga Statista, jumlah korban tewas konflik Rusia-Ukraina hingga 15 Februari 2024 mencapai 10.582 orang dan korban luka sebayak 19.875 orang.

Selama dua tahun perang berlangsung, dana yang dikeluarkan Rusia tidak sedikit. Menurut data dari Kennan Institute untuk Wilson Center, pengeluaran Rusia di sektor militer telah melonjak tiga kali lipat dibandingkan masa sebelum perang.

Tahun 2019 sampai dengan 2021, setiap tahun anggaran federal Rusia untuk keperluan militer sebesar 3-3,6 triliun rubel. Angka-angka ini mewakili 14 persen hingga 16,5 persen anggaran federal, atau sekitar 3 hingga 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Percakapan Rahasia Jerman-Ukraina Bocor, Ungkap Rencana Bombardir Crimea

Selama musim panas dan musim gugur tahun 2022, Kementerian Keuangan Rusia membuat penyesuaian besar-besaran sehingga pengeluaran militer melebihi rencana anggaran awal sampai dengan 57,4 persen. Dari yang rencana awalnya 3,5 triliun rubel menjadi 5,5 triliun rubel.

Tahun 2022, pengeluaran militer Rusia mencapai 81,7 miliar dollar, meningkat 76 persen dibandingkan rata-rata tahun 2019–2021. Proporsi pengeluaran militer dalam anggaran keseluruhan meningkat menjadi 17,7 persen.

Pada akhir 2022, pemerintah menyadari bahwa konflik itu akan menjadi isu jangka panjang. Untuk menopang pengeluaran militer, pabrik-pabrik militer pun akhirnya melakukan perekrutan besar-besaran dan mengubah sistem shift kerja.

Tahun 2022, Kementerian Keuangan Rusia juga berhenti mempublikasikan statistik anggaran dengan rincian pengeluaran berdasarkan industri untuk menyembunyikan pengeluaran militer yang terus meningkat. Hingga pertengahan 2023, informasi struktur pengeluaran Rusia masih tersedia di situs web Anggaran Elektronik. Namun, sumber ini tidak lagi dapat diakses.

Lonjakan pengeluaran militer Rusia berlanjut pada tahun 2023. Hanya dalam enam bulan pertama di tahun 2023, Rusia telah menghabiskan 5,6 triliun rubel untuk keperluan militer, padahal proyeksi anggaran untuk sepanjang tahun adalah 5 triliun rubel.

Sanksi Global

Tidak hanya pengeluaran militer yang melonjak, perekonomian Rusia juga ikut terancam akibat adanya sanksi dari sejumlah negara terhadap Rusia. Negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia antara lain Amerika Serikat (AS), Inggris, negara-negara anggota Uni Eropa, Australia, Swiss, Jepang, Korea Selatan, dan masih ada beberapa negara lainnya.

Cadangan devisa senilai 350 miliar dollar atau sekitar separuh dari total cadangan Rusia telah dibekukan. Sekitar 70 persen aset bank-bank Rusia juga dibekukan. Negara-negara Barat juga memberlakukan beberapa kebijakan seperti melarang ekspor teknologi yang mungkin digunakan Rusia untuk membuat senjata, melarang impor emas dan berlian dari Rusia, melarang penerbangan dari Rusia, dan memberlakukan sanksi terhadap para oligarki atau pengusaha kaya yang terkait dengan Kremlin serta menyita kapal pesiar mereka.

Industri minyak Rusia juga menjadi target sanksi. AS dan Inggris memblokir impor minyak dan gas alam Rusia. Uni Eropa juga melarang impor minyak mentah dari Rusia.

Baca juga: Presiden Ukraina Desak Sekutunya Bantu Sistem Pertahanan Udara

Group of Seven (G7), organisasi yang terdiri dari tujuh negara dengan perekonomian paling maju di dunia membatasi harga maksimum 60 dollar per barel untuk minyak mentah Rusia sebagai upaya untuk mengurangi pendapatan Rusia.

Walaupun mengalami lonjakan pengeluaran dan dikenakan sanksi dari berbagai belah pihak, faktanya perekonomian Rusia tidak menjadi seburuk yang diharapkan oleh negara-negara pemberi sanksi itu. Setelah PDB Rusia mengalami penurunan sebesar 2,1 persen di tahun 2022, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan World Bank memprediksi penurunan kembali pada PDB Rusia sebesar 0,2 persen sampai dengan 2,5 persen dalam kasus terburuk.

Namun, Rusia justru mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 3,6 persen di tahun 2023 dan diprediksi akan semakin meningkat pada tahun ini walaupun dengan tempo yang terbilang tidak lebih cepat daripada seharusnya.

Sanksi Tak Banyak Berpengaruh 

Presiden Vladimir Putin mengklaim sanksi-sanksi Eropa tidak memberikan kerugian pada Rusia. "Kami mengalami pertumbuhan, sementara mereka mengalami penurunan,” kata Putin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com