Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Jurnalis Selundupkan Foto dan Video Ikonik "Manusia Tank" di Peristiwa Tiananmen

Kompas.com - 04/06/2024, 15:00 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber CNN

FOTO itu sangatlah ikonik: seorang pria tak dikenal yang mengenakan kemeja putih, kedua tangannya menenteng tas, berhadapan dengan barisan tank di Jalan Perdamaian Abadi Beijing, setelah Partai Komunis China memerintahkan operasi militer terhadap para pengunjuk rasa pro-demokrasi.

Foto dan rekaman dari apa yang kemudian dikenal sebagai “Manusia Tank” itu menjadi menjadi gambaran yang paling kuat dan berpengaruh dari tindakan keras militer China terhadap para demontrans di Lapangan Tiananmen yang peringatan 35 tahunnya jatuh pada Selasa ini, 4 Juni 2024.

Pada malam tanggal 3 Juni 1989, setelah hampir dua bulan demonstrasi mahasiswa dan pekerja yang menuntut reformasi politik yang lebih cepat dan diakhirinya korupsi, konvoi pasukan bersenjata memasuki pusat kota Beijing untuk membersihkan alun-alun itu dari demontran. Itu adalah pertumpahan darah; para saksi mata menggambarkan tank-tank melaju ke arah pengunjuk rasa yang tidak bersenjata, dan tentara menembak tanpa pandang bulu ke arah kerumunan demonstran.

Baca juga: China Larang Warganya Peringati 33 Tahun Tragedi Tiananmen

Sampai saat ini pembantaian itu masih menjadi salah satu tabu politik paling sensitif di China, dan semua penyebutan tentang peristiwa itu disensor secara ketat. Peringatan akan peristiwa itu dapat mengakibatkan hukuman penjara.

Pihak berwenang China hingga sekarang belum mengumumkan jumlah korban tewas dalam peristiwa itu, tetapi perkiraannya berkisar antara ratusan hingga ribuan orang.

Namun, sejak peristiwa itu, setiap tanggal 4 Juni komunitas diaspora China dan para pengunjuk rasa yang masih hidup di pengasingan di seluruh dunia memperingati peristiwa tersebut, sering kali membagikan ulang foto bersejarah karya Jeff Widener, yang ketika itu menjadi fotografer kantor berita Associated Press (AP), serta rekaman video yang diambil para kru CNN.

Perjalanan foto itu hingga mencapai dunia luar juga menggambarkan ketegangan dan ketakutan pada masa itu, yang melibatkan penyelundupan peralatan dan pembuatan film demi melewati pihak berwenang dan melintasi perbatasan. Pada saat itu, pemerintah China berusaha mati-matian untuk mengendalikan informasi yang tersebar ke seluruh dunia – dan berusaha menghentikan semua media berita Amerika, termasuk CNN, untuk menyiarkan langsung dari Beijing.

Lanjutan artikel ini dikutip dari buku “Assignment China: An Oral History of American Journalists in the People’s Republic” yang ditulis Mike Chinoy, yang membeberkan kisah di balik layar dari momen yang mungkin paling terkenal dalam krisis tersebut. Chinoy menjadi kepala biro CNN di Beijing saat tragedi Tiananmen terjadi. Dia berada di sana, melakukan siaran langsung dari balkon yang menghadap lokasi kejadian, dan telah berbicara dengan para saksi selama dan setelah peristiwa bersejarah itu.

Menyelinap dan Menyelundupkan Peralatan

Ketika itu hari Senin, 5 Juni 1989, dan Beijing masih belum pulih setelah tindakan brutal militer yang dilakukan sehari sebelumnya. Liu Heung-shing, editor foto AP di Beijing, meminta Widener membantu mengambil foto pasukan China dari Beijing Hotel, yang memiliki sudut pandang terbaik ke alun-alun tersebut, yang telah berada di bawah kendali militer.

Widener  terbang dari kantor AP di Bangkok, Thailand, seminggu sebelumnya untuk membantu peliputan itu.

Dia berangkat ke hotel yang dituju, dengan peralatan kamera tersembunyi di dalam jaketnya – sebuah lensa panjang 400 milimeter di satu saku, perangkat pengganda fokus lensa (doubler) di saku lain, film di celana dalamnya, dan badan kamera di saku belakang.

Baca juga: Aktivis Hong Kong di Balik Aksi Tiananmen Resmi Dipenjara

“Saya bersepeda menuju Beijing Hotel dan hanya ada puing-puing dan bus-bus hangus di jalan,” katanya. “Tiba-tiba ada empat tank datang, diawaki tentara bersenjata senapan mesin berat. Saya bersepeda sambil berpikir, saya tidak percaya saya akan melakukan tugas ini.”

“Saya mendengar desas-desus bahwa film dan kamera para jurnalis lain telah disita. Saya harus mencari cara untuk masuk ke hotel,” tambahnya.

“Saya melihat ke dalam lobi yang gelap, dan di sana ada seorang mahasiswa Barat. Saya menghampirinya dan berbisik, 'Saya dari Associated Press, bolehkah Anda mengizinkan saya ke kamar Anda?' Dia langsung menjawabnya dan berkata, 'Tentu saja.'”

Pemuda itu, Kirk Martsen, seorang siswa pertukaran pelajar dari Amerika. Dia yang menyelinapkan Widener ke kamar hotelnya di lantai enam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com