Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Tolak Resolusi Gencatan Senjata DK PBB, Lalu Apa Selanjutnya?

Kompas.com - 01/04/2024, 10:23 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber CNN,Reuters

DEWAN Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya meloloskan resolusi untuk gencatan senjata di Gaza pada Senin (25/3/2024). Melalui resolusi ini, DK PBB menuntut adanya gencatan senjata di Gaza sampai dengan akhir bulan Ramadhan. Amerika Serikat (AS) yang biasanya gigih memveto, bersikap abstain pada pemungutan suara terkait rancangan resolusi tersebut. 

Israel yang selalu berlindung di balik AS dikejutkan dengan lolosnya resolusi tersebut. Padahal, AS selama beberapa dekade terakhir selalu menjadi pelindung diplomatik Israel di setiap forum-forum internasional.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengkritik DK PBB karena mengeluarkan kebijakan gencatan senjata tersebut “tanpa mengondisikannya dengan pembebasan sandera.”

“Ini melemahkan upaya untuk menjamin pembebasan mereka,” kata Erdan di PBB.

Baca juga: Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Secara tegas, Israel mengecam resolusi tersebut. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, juga mengatakan di akun X-nya bahwa negaranya tidak akan mematuhi resolusi tersebut.

“Negara Israel tidak akan melakukan gencatan senjata,” kata Katz. “Kami akan menghancurkan Hamas dan terus berperang sampai sandera terakhir kembali ke rumah.”

Keesokan harinya, serangan Israel di Gaza tetap berlanjut.

Tidak hanya itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menunjukkan kekecewaannya terhadap AS dengan membatalkan rencana kunjungan dua penasihat utamanya ke Washington.

Melihat kondisi Gaza kini pasca resolusi, Gabriela Shalev, mantan duta besar Israel untuk PBB dan profesor emeritus di Fakultas Hukum Hebrew University mengatakan “Di lapangan saat ini… Saya pikir tidak ada dampak langsungnya.”

“Tetapi tentu saja hal ini mempunyai dampak moral dan umum,” tambah Shalev.

Apakah Resolusi Berarti Israel Terisolasi?

Pihak AS mengatakan, resolusi tersebut tidak bersifat mengikat. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, berulang kali mengatakan dalam konferensi pers bahwa resolusi tersebut tidak bersifat mengikat, sebelum mengakui bahwa rincian teknisnya harus ditentukan oleh pengacara internasional.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, dan Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam keterangan terpisah juga menegaskan bahwa resolusi tersebut tidak mengikat.

Di sisi lain, Wakil Juru Bicara PBB, Farhan Haq mengatakan, “Semua resolusi Dewan Keamanan adalah hukum internasional. Jadi, resolusi tersebut sama mengikatnya dengan hukum internasional.”

“Pada akhirnya, implementasinya bergantung pada kemauan internasional,” kata Haq.

Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun juga ikut membantah AS. Dia mengatakan bahwa resolusi tersebut memang bersifat mengikat. Wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan, resolusi Dewan Keamanan adalah hukum internasional, “sehingga resolusi tersebut mengikat seperti halnya hukum internasional.”

Baca juga: Nasib Hubungan AS-Israel Setelah AS Loloskan Resolusi PBB untuk Gencatan Senjata di Gaza

Perdebatan terkait apakah resolusi ini bersifat mengikat atau tidak secara jelas telah menunjukkan posisi AS yang kini berada di tengah: antara mendukung Israel tapi juga sekaligus menunjukkan kekhawatiran akan potensi memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza.

Jadi apakah Israel terisolasi akibat resolusi ini, jawabannya adalah tidak.

“Mereka tidak sepenuhnya mengisolasi Israel - argumen mereka tentang sifat tidak mengikat membuat itu jelas,” kata Ungar dari ICG. “Tetapi ini adalah jarak terjauh dari kebijakan Israel yang AS bersedia tempuh hingga saat ini di PBB.”

 Apa Yang Terjadi jika Resolusi Tidak Diterapkan?

DK PBB sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengenakan sanksi dan mengerahkan militer untuk menjaga atau memulihkan keamanan internasional. Meski begitu, dengan mengambil tindakan ini sebelumnya akan memerlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari AS, Rusia, China, Prancis, atau Inggris.

Sayangnya, kecil kemungkinan dewan akan mengambil tindakan apapun terhadap Israel atau Hamas jika keduanya benar tidak menerapkan resolusi ini, terlebih resolusi tersebut hanya menekankan gencatan senjata selama bulan suci Ramadhan yang mana akan berakhir dua minggu lagi.

“Pada kenyataannya, sangat menyedihkan untuk mengakui bahwa banyak resolusi dewan gagal terlepas dari status hukumnya,” kata Richard Gowan, direktur International Crisis Group PBB. “Pihak-pihak yang bertikai di seluruh dunia hanya mengabaikan atau hanya berbasa-basi terhadap seruan gencatan senjata PBB sebelumnya.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Internasional
Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Internasional
Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Internasional
Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Internasional
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com