“Mereka mungkin diberikan kotak mainan untuk dihitung. Mereka dapat menggambar. Mereka mungkin diberikan gambar-gambar bunga untuk disatukan dengan gambar bunga lain, atau manusia, atau kodok, atau sesuatu yang lebih mudah dipahami dan digerakkan daripada sekadar angka.”
CPA lantas menjadi jalan untuk memahami matematika melalui penggunaan alat-alat peraga tersebut.
Ketika anak-anak sudah menunjukkan gelagat bahwa mereka memiliki pemahaman solid mengenai hal yang konkret itu, barulah mereka berlanjut ke pembelajaran tahap abstrak.
“Metode Matematika Singapura tak bergantung pada ingatan belaka,” ucap Lindorff.
Baca juga: 7 Sebab Kenapa di Amerika Tidak Ada Motor atau Tak Populer
Pilar lainnya dari Matematika Singapura adalah penguasaan masalah, yaitu gagasan bahwa setiap siswa di kelas bergerak bersama, memastikan tak ada yang tertinggal.
Contohnya, ketika anak-anak mempelajari topik tertentu seperti tambah-tambahan, beberapa dari mereka mungkin lebih cepat paham ketimbang yang lainnya.
Namun, anak-anak yang sudah lebih paham itu tak lantas diberikan materi lain. Anak-anak itu justru diberikan aktivitas tambahan yang berkaitan dengan topik tersebut agar pemahaman mereka lebih dalam.
“Ini bukan berarti semua orang harus berhenti dan menunggu sampai semua siswa paham,” tutur Lindorff.
“Gagasannya adalah jika beberapa anak memiliki pemahaman yang sangat baik terkait tambah-tambahan, guru tak akan memindahkan mereka ke topik lain, tapi memberikan mereka sesuatu yang memperluas konsep tambah-tambahan sedikit lebih jauh.”
Aktivitas-aktivitas semacam ini dapat diterapkan ke kelompok dengan jumlah orang yang lebih besar atau format lainnya.
Dengan demikian, anak-anak yang memiliki pemahaman lebih baik akan dapat menyelesaikan permasalahan yang sama dengan teman sekelasnya, tapi dengan cara berbeda.
Dalam Matematika Singapura, anak-anak harus diajarkan untuk mengenal matematika sebagai mata pelajaran yang penting dan dapat dimengerti.
“Gagasannya adalah semua orang dapat mengerjakan matematika dan semua orang harus mampu menguasai konsepnya sampai ke tingkat tertentu,” kata Lindorff.
“Beberapa orang mungkin lebih cepat. Beberapa mungkin punya pemahaman lebih dalam. Kita kerap berpikir bahwa beberapa orang mampu matematika, yang lain tidak. Saya tidak meyakini itu, dan itu bukan sesuatu yang mendasari Matematika Singapura.”
Baca juga: Sejarah Kenapa India Disebut Vrindavan