Sehari kemudian, Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat dengan pernyataan itu dengan mengatakan, negara mana pun yang mencoba menegakkan zona larangan terbang di Ukraina akan dianggap sebagai partisipan dalam konflik bersenjata.
Baca juga: Ditolak AS dan NATO, Kenapa Zona Larangan Terbang Kukuh Diperjuangkan Ukraina?
Pekan lalu sekelompok pakar pertahanan dan kebijakan luar negeri AS merilis surat yang menyerukan zona larangan terbang terbatas untuk NATO di Ukraina guna membangun koridor kemanusiaan, supaya warga sipil dapat dilindungi dari pemboman udara.
Akan tetapi, para kritikus mengatakan, itu tidak akan mengurangi risiko konflik dengan Rusia, karena pesawat NATO masih harus bersedia menembak jatuh pesawat Rusia.
Sejauh ini perang di Ukraina tidak terlalu bergantung pada kekuatan udara di kedua pihak.
Dalam invasinya, Rusia sebagian besar mengandalkan rudal jarak jauh dan tembakan artileri darat untuk menyerang targetnya di Ukraina. Sementara itu, perlawanan Ukraina juga sangat bergantung pada tembakan darat.
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mencontohkan serangan rudal Rusia pada Minggu (13/3/2022) di sebuah pangkalan di Ukraina barat. Rusia menembakkan sekitar 20-an rudal jelajah dari pesawat yang terbang di atas wilayah Rusia pada saat itu.
"Zona larangan terbang di dalam Ukraina tidak akan berpengaruh pada rangkaian serangan seperti ini," kata pejabat itu, Senin.
"(Itu) tidak akan menghentikan semua aktivitas udara yang sedang berlangsung," lanjutnya memprediksi kenapa zona larangan terbang tidak diterapkan di Ukraina.
Baca juga: Pertama Kali dalam Sejarah, NATO Aktifkan NATO Response Force (NRF), Apa Itu?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.