Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Teori Evolusi yang Buat Darwin Menunggu 20 Tahun untuk Mempublikasikannya

Kompas.com - 16/02/2022, 19:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Darwin mungkin tidak akan pernah melakukannya jika naturalis Inggris lainnya, Alfred Russel Wallace, pada 1858 secara tidak independen mengemukakan teori yang sangat mirip.

Pada saat itu, Darwin, yang telah berbagi kesimpulannya dengan sejumlah kecil rekan ilmuwan, akhirnya mengungkapkan ide-ide lama tentang evolusi dan seleksi alam kepada khalayak yang lebih luas.

Premis teori evolusi Darwin

Darwin membangun teorinya di atas empat premis dasar. Pertama, menurutnya, setiap hewan bukanlah replika persis dari induknya, tetapi berbeda meski hampir tidak ketara terlihat.

Kedua, katanya, meskipun perbedaan di setiap generasi ini bersifat acak, beberapa di antaranya memberikan keuntungan yang berbeda bagi makhluk hidup, memberikannya kesempatan yang jauh lebih besar untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Seiring waktu, variasi yang menguntungkan ini menyebar ke spesies lainnya, karena mereka yang memiliki keuntungan lebih mungkin daripada mereka yang tidak memilikinya untuk tetap hidup dan bereproduksi.

Dan, akhirnya, dalam jangka waktu yang lebih lama, perubahan kumulatif menghasilkan spesies baru, yang semuanya memiliki nenek moyang yang sama.

Baca juga: Fosil Elang Purba Berusia Sekitar 25 Juta Tahun Ditemukan di Australia

Pada November 1859, Darwin menerbitkan “On the Origin of Species by Means of Natural Selection”, yang memaparkan teorinya secara rinci.

Buku itu langsung menjadi buku terlaris dan, seperti yang dikhawatirkan Darwin, memicu badai kontroversi di negara asalnya, Inggris.

Sementara banyak ilmuwan membela Darwin, para pemimpin agama dan lainnya segera menolak teorinya, bukan hanya karena secara langsung bertentangan dengan kisah penciptaan dalam kitab suci, tetapi juga karena – pada tingkat yang lebih luas – teori itu menyiratkan bahwa kehidupan telah berkembang karena proses alam, bukan sebagai Sang Pencipta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com