Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

21 Oktober 2010: Myanmar Ganti Bendera Nasional

Kompas.com - 21/10/2021, 09:44 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Pada 21 Oktober 2010, Junta militer Myanmar mengganti bendera nasionalnya dengan bendera baru.

Hal ini diumumkan selang dua minggu sebelum pemilihan umum pertama negara itu dalam 20 tahun terakhir.

Dilansir Reuters, kantor-kantor pemerintah di seluruh Myanmar mulai mengganti bendera lama dengan yang baru, serempak pada pukul tiga sore di tanggal itu.

Baca juga: Junta Militer Salah Urus Myanmar, Perekonomian Bergejolak

Saat itu, penggantian bendera dilakukan dalam bentuk upacara yang diikuti semua pegawai pemerintahan.

Bender Myanmar sebelumnya berwarna merah dan biru, bergambar gerigi roda yang dikelilingi 14 bintang dan setangkai padi di tengahnya.

Ini lantas digantikan dengan bendera baru yang berwarna garis-garis kuning, hijau, dan merah, dengan bintang besar berwarna putih di tengahnya.

Penggantian bendera ini sesuai dengan konstitusi tahun 2008 bentukan junta.

Mereka menginginkan simbol nasional yang baru. Warna-warna pada bendera baru memang disebut melambangkan solidaritas, perdamaian, persamaan, keberanian, dan ketegasan.

Baca juga: Menlu Retno Sebut ASEAN Hanya Undang Perwakilan Non-politis Myanmar di KTT

Penggantian bendera ini diumumkan lewat televisi.

Awalnya, masyarakat sempat kaget dengan pengumuman yang dianggap mendadak ini.

Myanmar sebelumnya telah dua kali mengganti bendera nasionalnya.

Bendera pertama, berwarna kuning, hijau dan merah dengan gambar merak di tengahnya.

Baca juga: Menlu RI dan Malaysia Bahas Konsensus ASEAN yang Tak Direspons Myanmar

Bendera digunakan pada jaman pendudukan Jepang tahun 1943-1945.

Lambang merak ini juga digunakan pada lambang partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang diketuai Aung San Suu Kyi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com