Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2021, 20:44 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber

KOMPAS.com - Prefektur Chiba, Jepang pernah diperintah oleh seorang samurai yang kematiannya berhubungan erat dengan perut kembung. Atau lebih tepatnya, samurai jagoan ini tewas hanya karena masalah kentut.

Begini ceritanya.

Waktu itu, Jepang masih berada di periode samurai yang penuh kekerasan. Pada periode Sengoku misalnya, hidup para samurai selalu risiko. Mereka tiba-tiba saja bisa tewas. Entah karena perselisihan tanah, kekuasaan, atau kehormatan.

Baca juga: 10 Fakta Sejarah Samurai Jepang yang Melegenda

Tapi dalam kasus seorang samurai penguasa bernama Chiba Kunitane, penguasa ke-29 dari klan Chiba yang menguasai bagian timur Jepang yang dulunya disebut Shimosa, kentut jadi penyebab utama kematiannya.

Jadi pada 1585, seperti kebiasaannya, Kunitane memanggil pengikutnya ke Kastil Sakura, benteng utama klan Chiba untuk perayaan tahun baru.

Selama perayaan, pelayan Kunitane, Kuwata Mangoro, kentut di depan tuannya. Tak hanya sekali, tapi dua kali.

Baca juga: Sejarah Samurai: Jalan Pedang yang Akhirnya Teredam

Ketika Mangoro melanggar kesopanan sekali lagi itulah, Kunitane mulai menghukumnya karena dianggap tak punya sopan santun.

Tapi Mangoro malah membalas tuannya dengan ketus.

"Kentut tidak pernah peduli kapan dan di mana mereka keluar. Jadi mengapa kau harus berteriak padaku di depan bawahanmu?"

Baca juga: Sejarah 3 Samurai yang Dikenal sebagai Pemersatu Jepang

Kunitane pun marah. Dia lantas menendang Mangoro ke tanah dan meraih gagang pedangnya. Saat itu, eksekusi pedang pada pelayan kurang ajar ini bisa saja dilakukan. Tapi sebelum darah mengotori lantai, Kunitane lebih dulu dilerai oleh anak buahnya.

"Mengapa menodai perayaan Tahun Baru dengan pertumpahan darah? Mengapa penguasa klan harus begitu peduli dengan tindakan tidak penting dari bawahannya?" ujar bawahannya

Tapi tetap saja, kemarahan Kunitane terlalu besar untuk segera mereda. Tak jadi digorok, Mangoro pun dikirim untuk tinggal bersama salah satu pengikutnya selama jangka waktu tertentu.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Onna-Bugeisha, Samurai Wanita dari Zaman Kuno Jepang

Setelah itu, Kunitane pun memaafkan Mangoro, yang akhirnya kembali ke Istana Sakura dan sekali lagi mengambil tugas melayani tuannya.

Tapi, seperti kentut yang meninggalkan bau tahan lama bahkan setelah suaranya tak terdengar lagi, kebencian Mangoro pada cara Kunitane memperlakukannya di masa lampau pun tetap ada.

Pada suatu malam, Mangoro menyelinap ke kamar pribadi Kunitane, yang saat itu sedang tidur, dan menikamnya dengan belati dua kali--sesuai dengan jumlah kentut yang membuatnya hampir tewas di malam tahun baru.

Baca juga: Sinopsis Yasuke, Samurai Berkulit Hitam Legendaris

Teriakan kesakitan Kunitane menarik perhatian para penjaga kastil. Sementara itu Mangoro berhasil melarikan diri ke desa terdekat, hingga akhirnya dikepung di hutan, lalu tewas entah karena bunuh diri atau dieksekusi anak buah Kunitane.

Sementara itu, Kunitane berhasil bertahan hidup selama enam hari, tapi akhirnya menyerah pada luka-lukanya dan meninggal pada usia 28 tahun.

Ini adalah tragedi yang aneh dan mengejutkan. Dua nyawa hilang akibat dua kentut. Tapi untungnya, periode Sengoku yang penuh kekerasan sudah berakhir, mengantarkan pada babak yang lebih damai dalam sejarah Jepang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com