Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Berdaya: Onna-Bugeisha, Samurai Wanita dari Zaman Kuno Jepang

Kompas.com - 10/06/2021, 05:49 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Samurai umumnya digambarkan sebagai sosok pria, tetapi pada kenyataannya samurai wanita ada di Jepang sejak masa feodal pada awal 200 Masehi.

Namun, setelah Restorasi Meiji pada 1868, sebuah era baru pemerintahan kekaisaran berdiri dengan modernisasi, industrialisasi, dan westernisasi.

Ketika itulah kisah dan warisan samurai wanita yang sama tangguhnya dengan samurai pria memudar dari catatan sejarahnya, seperti yang dilansir dari Vice.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Nakano Takeko, Samurai Wanita Tangguh yang Dipenggal Kepalanya oleh Saudara Sendiri

Namun, sebagian masih menganggap penting peran samurai wanita itu, seperti Stephen Turnbull yang menilai "eksploitasi para pejuang wanita adalah kisah terbesar yang tak terhitung dalam sejarah samurai".

Orang Barat menulis ulang sejarah budaya perang Jepang, mengabaikan sosok dan perannya samurai wanita.

Penguasa Barat saat itu menonjolkan wanita Jepang sebagai sosok yang patuh, selalu mengenakan kimono, dan obi (ikat pinggang) yang terikat ketat.

Samurai wanita di Jepang yang sebenarnya memiliki peran dalam sejarah perjuangan di medan perang, dikenal dengan sebutan onna-bugeisha.

Para onna-bugeisha dilatih dengan cara yang sama seperti samurai laki-laki baik dalam melakukan pertahanan diri dan melancarkan serangan.

Namun, mereka memiliki senjata yang dirancang khusus untuk wanita dapat lebih menjaga keseimbangan tubuhnya. Senjata itu disebut naginata.

Baca juga: Cerita Yukio Mishima, Novelis Terkenal Jepang Bunuh Diri dengan Ritual Samurai

Selama bertahun-tahun, onna-bugeisha berjuang bersama samurai laki-laki, dengan standar yang sama dan diharapkan dapat menjalankan tugas yang sama.

Menurut catatan sejarah Jepang yang dilansir dari All Thats Interesting, prajurit samurai wanita pertama adalah Permaisuri Jingu.

Pada 200 M, Permaisur Jingu secara pribadi memimpin pertempuran dan penaklukan Korea. Seorang prajurit samurai wanita yang menakutkan yang menentang norma-norma sosial pada masanya

Turunnya ia di medan laga, mendorong onna-bugeisha lainnya untuk berani unjuk gigi.

Disebutkan dalam catatan sejarahnya bahwa permaisuri Jingu menaklukkan pemberontakan dan memerintah selama 70 tahun hingga ia berusia 100 tahun.

Pada abad ke-5 dan ke-6, disebut oleh beberapa sumber sebagai “Zaman Ratu”, Jepang dipimpin oleh suksesi permaisuri yang kuat.

Baca juga: Toyotomi Hideyoshi: Anak Petani yang Menyatukan Jepang pada Abad ke-16

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com