Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana jika Tak Ada Perbedaan Waktu di Dunia? 2 Ilmuwan Ini Beberkan Penjelasannya

Kompas.com - 04/03/2021, 20:32 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Apa yang Bakal Terjadi jika Dunia Tak Ada Zona Waktu? Seberapa penting zona waktu? Dan apa yang akan terjadi jika waktu selalu sama di setiap titik di Bumi?

Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu bergelayut di pikiran beberapa orang yang menghabiskan waktu berjam-jam dalam penerbangan jarak jauh.

Zona waktu merupakan fenomena yang muncul dalam dunia modern saat orang-orang terhubung dengan orang-orang lainnya di seluruh dunia.

Zona waktu standar pertama kali diadopsi di Inggris oleh operator kereta api pada 1847. Railway Clearing House merekomendasikan supaya Greenwich Mean Time (GMT) di London, Inggris, untuk diterapkan di semua stasiun.

Setelah itu, langkah tersebut diikuti oleh zona waktu standar di Selandia Baru (11 jam dan 30 menit sebelum GMT) pada 1868 sebagaimana dilansir Science Alert.

Baca juga: Sejarah Penetapan Zona Waktu di Dunia hingga Usulan Penghapusannya

Pada 13 Oktober 1884, para ahli geografi dan astronomi menetapkan Royal Observatorium di Greenwich sebagai Garis Bujur Utama dan menjadi standar waktu dunia.

Penerapan GMT didasari oleh perjalanan matahari ketika melewari garis meridian nol derajat di Royal Observatorium di Greenwich.

Setelah itu, banyak sekali negara-negara di seluruh dunia mengadopsi standardisasi waktu dari GMT.

Kini, rujukan waktu internasional digantikan dengan Universal Time Coordinate (UTC) yang menggunakan jam atom sebagai patokan keseragaman detik secara internasional.

Pergantian dari jam matahari ke jam atom menjadi tanda bahwa GMT bukan lagi rujukan waktu internasional.

Baca juga: 2 Pulau Ini Hanya Terpisah 3,8 Km tetapi Memiliki Perbedaan Waktu 21 Jam

Penghapusan zona waktu

Namun, ada dua ada dua ilmuwan yang kini sangat berkeinginan menghapus zona waktu. Dua ilmuwan itu adalah astronom bernama Dick Henry dan ekonom bernama Steve Hanke.

Mereka berpendapat, dari sudut pandang fisika, waktu itu selalu sama di mana pun di dunia. Keduanya mengatakan, semua negara harus mengadopsi GMT yang kemudian disebut sebagai Waktu Universal.

Dengan demikian, GMT akan membuatnya menjadi waktu yang sama di mana pun, terlepas dari posisi matahari di langit sebagaimana dilansir Smithsonian.

Misalkan jika di London pukul 23.00, maka jam di Jakarta juga menunjukkan pukul 23.00 namun keadaannya masih diterangi sinar matahari.

Meskipun zona waktu umumnya mengikuti garis bujur bumi, penentuan zona waktu di seluruh dunia ditentukan secara politis oleh pemerintahnya, bukan secara geografis.

Baca juga: Penusukan Terjadi Keenam Kalinya di London Selatan dalam Waktu 24 Jam

Sebagai contoh China, negara terbesar ketiga di dunia, hanya memiliki satu zona waktu meski wilayahnya luas dan secara geografis terdiri atas lima zona waktu.

Dan belum lama ini, Korea Utara mengubah zona waktunya dari UTC + 9 jam menjadi UTC + 8 jam 30 menit.

Henry dan Hanke menekankan, banyak manfaat yang akan didapatkan jika mengadopsi Waktu Universal mereka.

Keduanya mengeklaim, Waktu Universal akan membuat hidup lebih mudah bagi bisnis, negara, dan maskapai penerbangan.

Pada 2016, ketika diwawancarai The Washington Post, Henry dan Hanke mengatakan bahwa menurut sudut pandang fisika, waktu itu hanya satu.

Baca juga: Sebanyak 193.187 Warga UEA Divaksin dalam Waktu 24 Jam

“Dan prinsip fisika ini sejalan dengan prinsip ekonomi,” ujar Henry dalam wawancara tersebut sebagaimana dilansir Earthsky.

Henry menambahkan, urgensi lain penerapan Waktu Universal adalah agar pesawat tidak saling bertabarakan satu sama lain.

“Setiap pilot dan navigator tahu jam berapa sekarang. Seperti yang terjadi sekarang, kami penumpang tidak memiliki apa yang dimiliki pilot,” imbuh Henry.

Namun terlepas dari pemikiran kedua ilmuwan tersebut, ada beberapa pihak yang mengkritik bahwa kedua ilmuwan itu kurang memikirkan kekurangan dari konsep Waktu Universal.

Misalnya jam kerja kantor yang baru, setidaknya di Brooklyn, AS, akan dimulai pukul 14.00 dan berakhir pada 22.00 karena harus sama dengan GMT.

Baca juga: Pfizer Mengurangi Pengiriman Vaksin ke Eropa untuk Sementara Waktu

Penghapusan kalender

Henry dan Hanke juga ingin menghapus standar kalender Gregorian, yang telah digunakan banyak negara sejak akhir 1500-an.

Kedua ilmuwan dari Johns Hopkins University tersebut membuat kalender di mana setiap tanggal pada setiap bulan akan jatuh pada hari yang sama untuk setiap tahun.

Sebagai contoh, jika tanggal 15 Maret jatuh pada Senin, maka di tahun-tahun berikutnya, tanggal 15 Maret akan selalu jatuh pada Senin.

Dalam rilisnya, Henry dan Hanke menggunakan program komputer dan rumus matematika dalam merevolusi penanggalan tersebut.

Kedua berpendapat bahwa kalender tersebut lebih logis akan menguntungkan sektor bisnis.

Baca juga: Pemakzulan Trump Jilid 2: Sidang Minim Waktu, tapi Ada Skenario Lain

Di kalender baru, setiap kuartal dalam satu tahun juga memiliki jumlah hari yang sama persis, sehingga membuat penghitungan keuangan lebih sederhana.

Menurut standar kalender Gregorian, setiap satu tahun di Bumi mengalami tepatnya 365,2422 hari. Kalender Gregorian membuat jam tambahan dengan menambahkan hari kabisat di akhir Februari kira-kira setiap empat tahun.

Sedangkan kalender Henry dan Hanke menambahkan satu pekan ekstra pada akhir Desember setiap lima atau enam tahun.

Pekan ekstra ini akan menjadi “bulan mini” tersendiri.

Baca juga: Uni Eropa Ingatkan Tenggat Waktu Brexit, Inggris: Terserah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com