Beijing, Minggu
Sekitar 3.500 petugas penyelamat dikerahkan dan 300 alat berat dimobilisasi, menurut laporan media pemerintah, Minggu, dengan banyak pekerja terpaksa menggali dengan tangan kosong sambil menghadapi risiko penyakit ketinggian.
Bencana itu terjadi ketika tanah longsor menimpa kamp pekerja tambang di daerah Maizhokunggar, sebelah timur ibu kota Tibet, Lhasa, Jumat pada pukul 06.00. Jenazah pertama ditemukan hari Sabtu pukul 17.35.
Yang Dongliang, Kepala Badan Keselamatan Kerja, mengatakan, sebuah penyidikan mengenai penyebab tanah longsor itu telah dimulai dengan tibanya para ahli dari Kementerian Tanah dan Sumber Daya.
Kantor berita Xinhua menyatakan, banyak petugas penyelamat menggali dengan ”tangan kosong” karena kerusakan pada jalan-jalan setempat telah menghalangi alat berat menuju lokasi kejadian.
Kawasan Tibet yang terletak di pegunungan memang dikenal rentan longsor. Kegiatan pertambangan meningkatkan risiko tanah longsor itu.
Zona bencana terletak 4.600 meter di atas permukaan laut dan penyakit ketinggian merupakan sebuah tantangan.
”Kami telah merawat petugas penyelamat yang menderita penyakit ketinggian atau demam karena cuaca yang bersalju,” kata Li Suzhi, Kepala Rumah Sakit Komando Militer Tibet, seperti dikutip Xinhua.
Para korban adalah pekerja cabang China National Gold Group Corporation, sebuah perusahaan milik negara dan perusahaan tambang emas terbesar negara tersebut. Menurut Pemerintah China, tambang yang longsor itu menghasilkan tembaga serta sejumlah logam lain.