Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Tsunami Jepang

Kompas.com - 11/03/2013, 03:03 WIB

Tak hanya menghancurkan permukiman dan pusat bisnis, tsunami menyebabkan reaktor nuklir Fukushima Daiichi terbakar dan memicu krisis nuklir.

”Salah satu kekurangan yang disadari sesudah gempa Jepang dua tahun lalu, yaitu minimnya informasi akumulasi regangan dari data pengamatan di dasar laut sehingga mereka underestimate magnitudo gempa yang berpotensi terjadi,” kata Irwan Meilano, ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung.

Andrew V Newman dalam tulisan di jurnal Nature, 2011, ”Hidden Depths”, menyebutkan, pemantauan pergerakan dasar laut sangat mahal, minimal membutuhkan 50.000 dollar AS per stasiun dalam satu dekade. Untuk memantau Japan Trench saja dibutuhkan paling sedikit 5 juta dollar-20 juta dollar AS.

Bahkan, Jepang sekalipun akan kesulitan untuk melakukan sendiri sehingga Newman menyarankan ada partisipasi global untuk mendanai, mengingat bencana gempa dan tsunami melampaui batas-batas negara dan kepentingan politik.

Rasa aman

Selain meningkatkan kemampuan global dalam memprediksi gempa dan tsunami, yang tak kalah penting juga adalah pendidikan bencana. Irwan Meilano mengatakan, mitigasi bencana yang bertumpu pada fisik kadang menghasilkan false sense of security (rasa aman yang keliru). ”Banyak warga Jepang yang meninggal karena tidak bersedia dievakuasi segera,” katanya.

Masyarakat Jepang di pesisir banyak yang mengira telah terlindungi sehingga tidak segera mengungsi saat peringatan tsunami berdering.

Anawat Suppasri dan tim dalam Lessons Learned from the 2011 Great East Japan Tsunami (2012) menyebutkan, pembangunan struktur fisik semata dalam mengantisipasi tsunami tidak bisa memberikan jaminan perlindungan terhadap warga.

Masyarakat harus disadarkan tentang batasan dari struktur fisik yang dibangun. Pendidikan bencana dengan menekankan pada prinsip segera menjauh dari zona bahaya tsunami harus menjadi prioritas.

Belajar dari bencana dua tahun silam, Jepang kini merevisi tata ruangnya. Mereka agaknya menyadari, membentengi laut tidak cukup untuk mengatasi tsunami.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com