Bagi dia, dengan memiliki relasi luas berarti kemudahan menjalin kerja sama. Untuk pembuatan kotak suara berbahan aluminium itu, misalnya, Ferry bekerja sama dengan 5 bengkel di Jakarta, 3 bengkel di Surabaya, dan 3 bengkel di Medan.
Selepas memproduksi kotak suara, dia mulai bergaul dengan kalangan usahawan tambang. Saat diajak berkunjung ke sebuah pabrik zirkon di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kepada sang teman dia menyatakan bisa membuat mesin pendulang model spiral, perangkat pembersihan, dan pemilahan zirkon dari pasir.
Hal itu diwujudkannya di Pontianak dengan mendirikan pabrik pengolahan zirkon. Dalam perkembangannya, Ferry lalu berkonsentrasi mengelola pabrik zirkon di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Menyadari keterbatasan pengetahuannya di bidang pertambangan, dia mendatangkan sembilan tenaga ahli dari China dengan status tenaga kerja asing resmi. Kepada warga sekitar yang bekerja kepadanya dengan pola maklun, ia ajarkan nilai kerja keras, menjaga standar mutu, dan mengembangkan sikap saling percaya.
Meski berawal dari TKI gelap, Ferry membuktikan, dengan itikad baik, kerja keras, loyal, dan jujur, kemungkinan menjadi pengusaha pun terbuka.