Hochsprung dan Sherlach kemudian ditemukan tewas ditembak dari jarak dekat.
Panik dan horor pun langsung tersebar ke seluruh sekolah itu, setelah seseorang menyalakan sistem pengeras suara sekolah sehingga semua orang bisa mendengar suara tembakan.
”Kami mendengar seseorang berteriak, ’Angkat tangan!’ lalu saya dengar ada yang menjerit ’Jangan tembak!’,” tutur Brendan Murray (9), yang sedang berada di ruang olahraga bersama teman-temannya di kelas IV, seperti dikutip The New York Times.
Guru-guru yang sedang mengajar di kelas lain pun langsung berlari ke pintu dan menguncinya rapat-rapat. Di ruang kelas I, Kaitlin Roig mendengar
Suara tembakan yang beruntun bercampur dengan jerit dan tangis anak-anak terus terdengar di pengeras suara. Sampai suara anak-anak itu hilang satu per satu dan akhirnya hanya terdengar suara tembakan. Seorang saksi mengaku mendengar sedikitnya 100 tembakan.
Polisi bersenjata lengkap, termasuk pasukan SWAT, yang segera datang mengepung sekolah itu menemukan pemandangan mengerikan. Delapan belas anak usia 5-10 tahun tergeletak tewas di dua ruang kelas. Mereka ditembak dari jarak dekat.
Sementara dua anak lain sempat dilarikan ke rumah sakit sebelum dinyatakan meninggal. Secara keseluruhan, 28 nyawa manusia melayang hari itu, termasuk Lanza yang bunuh diri setelah melancarkan aksinya.
Kabar yang tersebar pun menggedor akal sehat dan hati nurani warga dunia. Bahkan Presiden Barack Obama, panglima tertinggi negara adidaya di dunia, tak kuasa menahan air mata saat menyampaikan pernyataan di Gedung Putih.
”Sebagian besar korban tewas hari ini adalah anak-anak, anak-anak kecil yang manis berusia 5-10 tahun,” ujar Obama sebelum berhenti, tertunduk beberapa saat berusaha mengendalikan emosi. Di sisinya, dua anggota staf Gedung Putih berpegangan tangan, menangis.