Semakin banyak detail insiden tersebut terungkap, makin sulit orang mencerna tragedi yang melanda kota Newtown, kota kecil yang asri di Negara Bagian Connecticut, Amerika Serikat, tersebut.
Laporan sejumlah saksi mata menyebutkan, Jumat pagi itu diawali dengan ceria di Sekolah Dasar Sandy Hook, tempat aksi brutal tersebut terjadi. Hampir semua guru dan siswa masih dalam suasana gembira seusai acara konser musik para siswa kelas empat, malam sebelumnya.
”Itu hari yang sangat indah. Semua orang gembira dan ceria. Kami mengakhiri pekan ini dengan semangat tinggi,” tutur Theodore Varga, seorang guru kelas empat, yang sedang rapat dengan para guru lain pagi itu.
Semua itu berubah saat jarum jam menunjukkan pukul 09.30. Semua pintu masuk ke sekolah itu dalam keadaan terkunci otomatis untuk alasan keamanan.
Namun, entah bagaimana, Adam Lanza, seorang pemuda pendiam yang oleh sebagian temannya dianggap genius, bisa masuk ke sekolah itu. Lanza mengenakan pakaian seragam militer berwarna hitam dan memaksa masuk ke sekolah.
Ibu Lanza, Nancy, kemudian ditemukan tewas tertembak di rumahnya, tak jauh dari sekolah tersebut.
Setelah berhasil masuk ke sekolah Lanza langsung menuju salah satu ruang kelas dan mulai melepaskan tembakan. Polisi belakangan menemukan tiga pucuk senjata api, yakni satu pistol
Gelegar suara tembakan pun mulai terdengar bertubi-tubi, memecah kedamaian SD Sandy Hook pagi itu. Kepala Sekolah Dawn Hochsprung (47), yang sedang memimpin rapat guru, dan seorang ahli psikologi sekolah, Mary Sherlach (56), langsung berlari keluar ruang rapat untuk melihat yang terjadi.