CANBERRA, RABU -
Seperti diwartakan situs
Sehari sebelumnya, Menteri Imigrasi Chris Bowen menyatakan, pulau itu memiliki daya tampung maksimal 600 pencari suaka.
Bowen mengatakan, walau para pencari suaka terus berdatangan, sebagian dari mereka mengaku memilih, bahkan meminta dipulangkan kembali ke negara asal.
”Saya tidak akan melebih-lebihkan angkanya. Akan tetapi, kami melihat jumlah (orang yang meminta dipulangkan) signifikan. Hal itu menandakan kebijakan ini mulai menunjukkan hasil,” ujar Bowen.
Australia memutuskan membangun kembali kamp-kamp pemrosesan di luar wilayah Australia, Agustus, menyusul berakhirnya kebijakan sebelumnya, yang dikenal dengan nama Pacific Solution, tahun 2008.
Langkah itu dilakukan menyusul semakin maraknya para imigran gelap pencari suaka, yang berdatangan menggunakan perahu-perahu kecil untuk menyeberangi lautan dalam kondisi yang sangat berisiko.
Sebulan lalu, kamp pemrosesan serupa juga sudah dibuka di Nauru, negara kecil di Samudra Pasifik, dan telah menangani 30 pencari suaka asal Afganistan dan Sri Lanka.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah perahu pengangkut pencari suaka tenggelam saat berusaha mencapai daratan Pulau Christmas, Australia. Perahu- perahu itu berangkat dari Indonesia.
Kebijakan baru Australia tersebut dikritik tak manusiawi lantaran tidak menyediakan perlindungan terkait hak hukum