Menurut Ketua Dewan Komite Intelijen AS Mike Rogers, serangan atas fasilitas konsulat AS di Benghazi itu ”terencana, terkoordinasi, dilaksanakan dengan gaya militer yang rapi”. Namun, Sekretaris Pers Gedung Putih Jay Carney mengatakan masih terlalu dini menilai serangan itu terencana.
”Saya tahu pasti, kasus ini sedang diselidiki. Kami bekerja sama dengan Pemerintah Libya dalam hal itu. Pada saat ini, saya tidak ingin berspekulasi atas insiden itu,” kata Carney.
Tidak lama setelah insiden serangan di Benghazi, AS langsung unjuk kekuatan. Pentagon menggeser dua kapal perang ke pantai Libya. Satu kapal perusak, yakni USS Laboon, berpindah posisi ke pantai, Rabu. Kapal perusak USS McFaul dalam perjalanan dan menuju lepas pantai Libya dalam beberapa hari.
Pejabat militer AS mengatakan, kapal yang mengangkut rudal jelajah Tomahawk itu tidak memiliki misi tertentu. Namun, komandan kedua kapal itu dapat bersikap fleksibel dalam menanggapi setiap misi yang diperintahkan oleh presiden.
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan, Paris ikut berdukacita atas insiden Benghazi dan mengecam serangan terhadap Stevens dan stafnya. AS dan Perancis, katanya, adalah pelopor dalam mendukung gerakan prodemokrasi Libya yang menyebabkan jatuhnya Moammar Khadafy.
Stevens dan timnya selama ini bekerja keras untuk memperkuat supremasi hukum, demokrasi, dan perdamaian bagi Libya baru.