Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Eropa dan Kita

Kompas.com - 01/06/2012, 02:03 WIB

Dampak krisis Eropa mulai terasa pada transaksi barang dan jasa ataupun lalu lintas modal dalam neraca pembayaran kita, baik langsung maupun tak langsung, lewat mitra dagang, seperti China dan India. Ekspor bahan baku (seperti minyak sawit) ataupun manufaktur (seperti perabot, alas kaki, dan barang-barang dari karet, semisal ban) mulai menurun ke Eropa. Karena pertumbuhan ekonomi masih relatif tinggi serta proses modernisasi, mekanisasi, dan urbanisasi masih berlanjut, China dan India tetap butuh berbagai bahan mentah hasil pertanian dan tambang dari kita. China, India, Jepang, Korsel, dan Taiwan juga tetap perlu sumber energi, seperti migas dan batubara, dari Indonesia. Namun, karena resesi di Eropa dan AS, permintaan tak sebanyak dulu sehingga menurunkan harganya.

Karena menurunnya permintaan dari Eropa dan AS, barang-barang produksi UE, China, dan India akan lebih banyak masuk ke Indonesia yang pada gilirannya membantu pengendalian inflasi. Kita dewasa ini pemasok bahan baku ke China dan India sekaligus pasar bagi produk mereka, mulai dari hasil pertanian, manufaktur, hingga jasa-jasa.

Arus keluar modal asing dari bursa efek, obligasi, dan SBI juga sudah mulai terjadi. Arus keluar modal ini mulai mengganggu cadangan devisa dan melemahkan rupiah. Untuk mempertahankan momentum pertumbuhan, penurunan ekspor seyogianya dapat diimbangi dengan peningkatan pengeluaran negara, investasi modal swasta, serta reformasi struktural perekonomian untuk tingkatkan efisiensi dan daya saing. Ekspansi pengeluaran negara hendaknya diarahkan untuk atasi kekurangan infrastruktur sebagai penghambat pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

Dalam batas tertentu, tak ada salahnya membelanjai pembangunan infrastruktur dengan menambah pinjaman. Rupiah yang terus menguat perlu dikoreksi untuk memberikan insentif keuangan bagi pengembangan ekspor non-komoditas primer, terutama industri olahan. Reformasi perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi. Reformasi menyangkut penyediaan prasarana ekonomi, tenaga kerja, iklim usaha, dan hal lain yang dapat menekan ongkos produksi. Lembaga ekonomi juga perlu ditata untuk membuat pasar efektif dan efisien, dapat meningkatkan penerimaan pajak, serta mengoreksi distorsi pemilikan aset negara agar BUMN dapat berperan sebagai agen pembangunan dan mampu bersaing di pasar dunia, seperti di Singapura.

Anwar Nasution Ekonom

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com