Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Desak Singapura Larang PRT Bersihkan Jendela

Kompas.com - 08/05/2012, 15:37 WIB

"Majikan seharusnya sering-sering mengingatkan pembantunya agar berhati-hati saat membersihkan jendela. Jika itu dilakukan, maka mereka bisa menyelamatkan banyak jiwa," lanjut Yacob.

"Pemerintah Indonesia tengah bekerja dengan pejabat dan agen-agen di Singapura untuk meningkatkan pelatihan bagi PRT dan kesadaran para majikan tentang keselamatan PRT," ucap Yuwono.

Yuwono melanjutkan, Kedutaan Besar RI sedikitnya telah membantu pemulangan seorang PRT ke Indonesia setelah dia dipaksa majikannya memanjat tepian jendela yang sempit untuk membersihkan jendela.

"Dia sangat takut. Tapi setidaknya dia masih hidup. Saya harus menelepon keluarga PRT yang meninggal. Berat sekali," ungkap Yuwono.

Di Hongkong, tempat bagi banyak PRT Indonesa bekerja, kasus-kasus seperti itu jauh lebih sedikit karena sebagian besar gedung apartemen menggunakan jasa profesional untuk membersihkan jendela. Sebaliknya di Singapura, pengelola apartemen tidak menyediakan jasa serupa.

Banyak warga Singapura yang memiliki PRT diperkirakan bakal menolak larangan memberi tugas membersihkan jendela atau menjemur pakaian. Hal itu diutarakan Theresa Low, ibu rumah tangga yang memiliki PRT asal Indonesia selama 10 tahun.

"Orang Singapura sangat memperhitungkan uangnya. Mereka menuntut PRT bekerja sangat keras. Orang Singapura tidak menghargai mereka seperti yang seharusnya. Tragis memang. Mereka (PRT) itu juga anak orang," lanjut Low.

Ia menambahkan, di lain pihak, para PRT Indonesia sangat ingin menyenangkan majikan mereka, sementara mereka juga tidak terbiasa membantah orang yang lebih tua dan mungkin tidak berani berbicara jika mendapat tugas yang berbahaya.

"Kadang-kadang mereka tahu tugas itu berbahaya. Toh mereka melakukannya juga karena ingin bekerja keras," ujar Kartinah Yawikarta, PRT asal Indonesia yang bekerja di Singapura selama sembilan tahun.

"Kami ke sini untuk mencari uang. Tapi saya selalu bilang kepada pembantu lain, lebih baik pulang tanpa uang daripada mati," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com