Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka Lara Gadis Algojo Khadafy

Kompas.com - 29/08/2011, 13:28 WIB

Nisreen mengatakan, dirinya kemudian diperkosa putra Mansour, Ibrahim, yang juga seorang perwira brigade, serta kerabat lain komandan militer itu, yang disebut bernama Noury Saad. Menurut Nisreen, hal secama itu terjadi pada banyak gadis yang dia kenal di milisi itu. Ketika rejim Khadafy mulai ambruk, pelanggaran justru meningkat. Tragisnya, temannya, Faten, tewas dalam situasi aneh dan brutal ketika pemberontak mendekati Tripoli bulan lalu. Ketika itu, kedua gadis itu berada di sebuah pos pemeriksaan dekat kompleks Bab Al-Azizya saat putra Khadafy, Saif Al-Islam, tiba dengan rombongan. "Saif mengenakan rompi antipeluru, helm dan kacamata penerbang," kenang Nisreen. "Faten hendak melihat lebih dekat, dan pengawal Saif menembak di kepala. Hanya karena ia terlalu dekat."

***

ADA pepatah di Libya, "Penggal leherku tapi jangan biarkan seorang gadis menembak punggungku." Orang menduga, pengerahan Nisreen sebagai algojo bagi para 'pengkhianat' dimaksudkan sebagai penghinaan terakhir bagi terhukum.

Nisreen menjelaskan, ia dibawa ke sebuah bangunan di distrik Bosleem, Tripoli. Ia lalu dimasukkan ke dalam sebuah ruangan dan dipersenjata senapan AK 47. Di sana, seorang tentara perempuan kulit hitam dalam seragam biru menjaga dan mencegah dia melarikan diri. "Para tahanan pemberontak diikat dan ditaruh di bawah sebuah pohon," katanya. "Lalu satu per satu mereka dibawa ke ruangan itu. Di situ ada juga tiga relawan Khadafy bersenjata. Mereka bilang pada saya, jika saya tidak bunuh para tahanan, mereka akan bunuh saya."

Dia mulai menangis. "Beberapa dari para tahanan tampaknya telah dipukuli. Yang lain dipukul di depan saya di dalam ruangan itu. Mereka tidak berbicara. Saya tidak ingat wajah mereka, kebanyakan usianya kira-kira seusia saya."

Dia menyeka matanya, lalu menatap luka di sikunya. "Saya coba untuk tidak membunuh mereka. Saya berbalik dan menembak tanpa melihat. Tapi kalau saya ragu-ragu, salah satu dari tentara itu akan menaikkan senjatanya dan mengarahkannya ke saya. "Saya membunuh sepuluh, mungkin 11, selama tiga hari," katanya. "Saya tidak tahu apa yang mereka telah lakukan." Nisreen meratap, "Saya tidak pernah menyakiti siapa pun sebelum pemberontakan dimulai. Dulu saya punya kehidupan normal."

Gadis itu akhirnya lolos dengan melompat dari jendela kamar lantai dua di mana dia melaksanakan pembunuhan tersebut. Meski cedera dalam proses melompat itu dan kemudian ditabrak sebuah truk pick-up, ia berhasil keluar dari kompleks tersebut. "Saya ditemukan sejumlah orang anti-Khadafy yang kemudian membawa saya ke sebuah masjid dimana saya diberi air," katanya. "Lalu saya dibawa ke sini."

Dua tentara berjaga-jaga di luar pintu kamar tempat dia dirawat. "Kami di sini untuk melindunginya serta untuk mencegah dia  melarikan diri," kata salah seorang penjaga itu.

Seorang perempuan yang mengenakan jas putih, mungkin dokter, memasuki ruangan. Dia mulai berbicara serius dengan Nisreen, yang langsung menangis. Perempuan itu seorang relawan medis yang datang untuk menceramahi 'gadis penembak jitu itu'. "Bagaimana mungkin hati nurani Anda membiarkan Anda membunuh orang-orang itu, hanya untuk Khadafy?" seru dia.

Perempuan itu meninggalkan ruangan dan seorang tentara pemberontak masuk. Usianya tidak lebih tua dari Nisreen. Senapan tersandang di bahunya. Tentara muda itu bersandar di ujung ranjang dan mengobrol dengan gadis itu. "Apakah kamu berdoa?" tanyanya. "Dulu," kata Nisreem. "Pada waktu kapan kamu membunuh mereka?" "Pada pagi hari." Air mata Nisreen mulai mengalir lagi. Tentara itu berbalik kepada wartawan Daily Mail dan bertanya, "Jika seorang gadis membunuh 11 orang di negara anda, apa yang akan anda lakukan?"

Wartawan Daily Mail bertanya, apakah ada keluarganya yang tahu dia dirawat di rumah sakit itu atau apa yang telah terjadi padanya. "Tidak," jawabnya. Dia lalu memberi nomor telepon kerabat yang masih ada di Tripoli. Daily Mail menelepon mereka dan, akhirnya, ada jawaban dari ibu tirinya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com