Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Perdamaian di Jerusalem

Kompas.com - 23/08/2011, 03:20 WIB

Sementara Israel berpendirian sebaliknya. Jerusalem adalah kota historik bagi umat Yahudi, utuh tidak terbagi, dan menjadi ibu kota Israel selamanya.

Saat ini Jerusalem berada dalam kontrol Pemerintah Israel dan secara sepihak diklaim sebagai ibu kota negara tersebut kendati dikecam PBB dan masyarakat dunia. Meski hampir tak ada negara yang mengakuinya, istana kepresidenan, perdana menteri, mahkamah agung, dan lembaga legislatif Israel berada di Jerusalem. Museum terbesar, universitas terbesar yakni Hebrew University, juga dibangun di situ.

Pengumuman pemerintahan Benjamin Netanyahu baru-baru ini untuk membangun ribuan permukiman Yahudi di Jerusalem Timur dan direspons keras Palestina dan masyarakat internasional, makin membuktikan pentingnya kota tersebut dalam proses perdamaian.

Kondisi ini membuat negosiasi mengenai Jerusalem semakin tidak diterima dalam politik domestik Israel. Menguatnya posisi Israel di lapangan semakin mengeraskan sikap negara itu terhadap kota Jerusalem.

Celakanya, lebarnya jurang perbedaan tersebut tidak disertai dengan upaya sungguh-sungguh dan intensif dalam membahas dan menegosiasikan persoalan Jerusalem. Persoalan ini hampir selalu dihindari dalam berbagai negosiasi perdamaian semenjak formula perdamaian Madrid 1989-1990, Oslo I 1993, Oslo II 1995, Camp David II, Peta Jalan Damai 2004, Konferensi Annapolis, hingga Formula ”67” versi Obama yang belum begitu jelas.

Namun, formula terakhir itulah satu-satunya jalan negosiasi yang tersedia, setidaknya untuk saat ini. Formula tersebut jelas menekankan persoalan batas terluar negara Palestina ke depan atau otoritas Palestina saat ini. Penekanan itu hampir dipastikan untuk mendorong dibukanya kembali negosiasi Israel-Palestina yang belakangan macet.

Formula tersebut kemungkinan efektif untuk mendorong kedua pihak memulai negosiasi, tetapi sejauh ini belum ada tanda-tanda persoalan Jerusalem menjadi salah satu agendanya.

Realitas Jerusalem tampaknya tidak kunjung sinkron dengan sebutannya. Misalnya ur shalom dalam bahasa Ibrani yang berarti kota perdamaian, Yerushaloyim yang berarti warisan perdamaian-perdamaian, Madiinah al-salam yang berarti kota perdamaian, dan al-Quds yang berarti kota suci. Sayang, penyelesaian atas masalah Jerusalem menunjukkan semakin jauhnya kota itu dari nama-namanya.

Ibnu Burdah Pemerhati Timteng dan Dunia Islam, Dosen Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com