Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepco Bisa Dinasionalisasi

Kompas.com - 30/03/2011, 04:06 WIB

Siaga satu

Dalam pertemuan dengan parlemen Jepang, Selasa siang, Perdana Menteri Naoto Kan menyatakan, perkembangan krisis saat ini masih tak bisa diprediksi. ”Kami akan terus berusaha menangani ini dalam kondisi siaga satu,” ujar Kan.

Secara terpisah, Edano menyatakan, kondisi di PLTN Fukushima Daiichi sudah sangat genting. ”Kami sedang berusaha sekuat tenaga untuk membatasi kerusakan,” katanya.

Kabar terbaru dari PLTN tersebut adalah penemuan jejak kontaminasi plutonium dalam sampel tanah, yang diambil di lima lokasi berbeda di sekitar PLTN.

Plutonium adalah zat yang sangat beracun dan berbahaya serta memiliki waktu paruh hingga puluhan ribu tahun. Jika unsur radioaktif ini sampai terisap atau tertelan, radiasinya akan mengganggu organ manusia dalam waktu yang sangat lama.

”Jika sampai terisap, zat itu akan berada dalam tubuh selamanya,” ungkap Alan Lockwood, profesor neurologi dan kedokteran nuklir University at Buffalo, New York, AS.

Meski belum bisa menentukan dari reaktor mana plutonium itu berasal, pihak Badan Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang (NISA) mengatakan, penemuan itu membuktikan telah terjadi kerusakan pada teras reaktor. Plutonium hanya mungkin dilepaskan oleh batang bahan bakar nuklir yang rusak akibat suhu panas ekstrem.

Olivier Gupta, Deputi Direktur Jenderal Otoritas Keselamatan Nuklir Perancis (ASN), mengatakan, plutonium itu bisa berasal dari campuran bahan bakar uranium-plutonium yang digunakan di reaktor Unit 3 atau efek terbakarnya bahan bakar uranium di reaktor Unit 1 dan 2.

Sebaran partikel radioaktif lainnya pun terus meluas. Pemerintah China, Korea Selatan, Filipina, dan Vietnam melaporkan mendeteksi partikel radioaktif dalam jumlah kecil di wilayah mereka. Sementara hujan yang turun di Ohio, AS, Senin, pun diketahui telah terkontaminasi partikel radioaktif.

(Reuters/AP/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com