Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepco Bisa Dinasionalisasi

Kompas.com - 30/03/2011, 04:06 WIB

Tokyo, selasa - Pemerintah Jepang mempertimbangkan opsi menasionalisasi Tokyo Electric Power Co setelah perusahaan listrik swasta itu diduga tak akan mampu melunasi utang dan menutup kerugian akibat kerusakan PLTN Fukushima Daiichi.

Kemungkinan pengambilalihan Tokyo Electric Power Co (Tepco) itu pertama kali disampaikan Menteri Kebijakan Nasional Koichiro Gemba, Selasa (29/3). ”Sangat wajar jika muncul perdebatan tentang masa depan Tepco,” ungkap Gemba, seperti dikutip kantor berita Kyodo.

Dengan menasionalisasi Tepco, Pemerintah Jepang akan menjamin kecukupan modal perusahaan itu untuk tetap beroperasi menyediakan energi listrik bagi masyarakat Jepang. Tepco adalah salah satu perusahaan listrik terbesar di dunia yang melayani tak kurang dari 44,6 juta warga Jepang, sekitar sepertiga jumlah penduduk negara itu.

Namun, sejak gempa dan tsunami melumpuhkan PLTN Fukushima Daiichi milik Tepco, dilanjutkan dengan krisis nuklir berkepanjangan di PLTN itu, harga saham Tepco terus anjlok.

Hari Selasa, harga saham Tepco melorot 18,67 persen ke 566 yen per lembar, harga terendah sejak 1964. Tepco pun terbebani berbagai biaya ekstra di luar utang mereka yang mencapai 96 miliar dollar AS.

Naik 10 kali

Biaya penjaminan utangnya itu dikabarkan sudah naik 10 kali lipat. Analis Nomura Holdings, Shigeki Matsumoto, menambahkan, Tepco paling tidak harus mengeluarkan biaya tambahan satu juta dollar AS per bulan untuk membeli minyak dan gas guna menggenjot produksi listrik untuk mengganti pasokan listrik yang hilang.

”Saya tak melihat pilihan lain kecuali menasionalisasi Tepco. Rakyat sangat marah kepada perusahaan itu. Kemarahan itu tak akan surut kalau pemerintah hanya menyuntikkan dana ke perusahaan dan membiarkan manajemen yang sekarang bertahan,” tutur seorang fund manager perusahaan manajemen aset, yang enggan disebutkan namanya, kepada Reuters.

Meski demikian, pihak Tepco dan Sekretaris Kabinet Yukio Edano mengaku hingga saat ini belum ada rencana serius untuk menasionalisasi Tepco. ”Sampai saat ini, sejauh yang saya pahami, pemerintah belum mempertimbangkan langkah itu,” ujar Edano.

Berdasarkan hasil penyelidikan kantor berita Associated Press (AP), para pejabat Tepco selama ini ternyata meremehkan risiko bencana alam terhadap reaktor-reaktor nuklir mereka. Tsunami yang menerjang kompleks PLTN Fukushima Daiichi, 11 Maret, ternyata jauh lebih tinggi dan kuat daripada perkiraan yang digunakan untuk mendesain bangunan reaktor.

Siaga satu

Dalam pertemuan dengan parlemen Jepang, Selasa siang, Perdana Menteri Naoto Kan menyatakan, perkembangan krisis saat ini masih tak bisa diprediksi. ”Kami akan terus berusaha menangani ini dalam kondisi siaga satu,” ujar Kan.

Secara terpisah, Edano menyatakan, kondisi di PLTN Fukushima Daiichi sudah sangat genting. ”Kami sedang berusaha sekuat tenaga untuk membatasi kerusakan,” katanya.

Kabar terbaru dari PLTN tersebut adalah penemuan jejak kontaminasi plutonium dalam sampel tanah, yang diambil di lima lokasi berbeda di sekitar PLTN.

Plutonium adalah zat yang sangat beracun dan berbahaya serta memiliki waktu paruh hingga puluhan ribu tahun. Jika unsur radioaktif ini sampai terisap atau tertelan, radiasinya akan mengganggu organ manusia dalam waktu yang sangat lama.

”Jika sampai terisap, zat itu akan berada dalam tubuh selamanya,” ungkap Alan Lockwood, profesor neurologi dan kedokteran nuklir University at Buffalo, New York, AS.

Meski belum bisa menentukan dari reaktor mana plutonium itu berasal, pihak Badan Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang (NISA) mengatakan, penemuan itu membuktikan telah terjadi kerusakan pada teras reaktor. Plutonium hanya mungkin dilepaskan oleh batang bahan bakar nuklir yang rusak akibat suhu panas ekstrem.

Olivier Gupta, Deputi Direktur Jenderal Otoritas Keselamatan Nuklir Perancis (ASN), mengatakan, plutonium itu bisa berasal dari campuran bahan bakar uranium-plutonium yang digunakan di reaktor Unit 3 atau efek terbakarnya bahan bakar uranium di reaktor Unit 1 dan 2.

Sebaran partikel radioaktif lainnya pun terus meluas. Pemerintah China, Korea Selatan, Filipina, dan Vietnam melaporkan mendeteksi partikel radioaktif dalam jumlah kecil di wilayah mereka. Sementara hujan yang turun di Ohio, AS, Senin, pun diketahui telah terkontaminasi partikel radioaktif.

(Reuters/AP/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com