Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedih dan Gembira di Benghazi

Kompas.com - 11/03/2011, 07:58 WIB

Menjelmanya Benghazi menjadi basis gerakan anti-Khadafy saat ini sesungguhnya memiliki latar belakang sejarah panjang. Benghazi dan wilayah Libya timur, atau juga disebut dengan nama wilayah Cyrenaica, dikenal punya latar belakang persaingan dengan Tripolitania atau wilayah Libya barat. Penduduk Benghazi dan Tripoli berbeda dalam dialek bahasa dan budaya mereka.

Dulu, Benghazi berstatus ibu kota wilayah Cyrenaica (wilayah Libya timur). Pada era monarki, Benghazi memiliki status setara dengan Tripoli karena dinasti Sanusi memilih tinggal di kota Bayda, dekat kota Benghazi. Dinasti Sanusi lebih memperlakukan istimewa wilayah Cyrenaica daripada wilayah Tripolitania. Benghazi pun merasa lebih unggul atas Tripoli.

Gerakan perlawanan Libya juga selalu bermula dari Benghazi atau wilayah Cyrenaica.

Pahlawan Libya, Omar Mukhtar, melakukan perlawanan terhadap kolonial Italia dari Benghazi. Khadafy melancarkan kudeta atas Raja Idris dari kota Benghazi. Namun, ironisnya, revolusi terhadap rezim Khadafy justru mulanya meletus dari Benghazi.

Pada era kolonial pun Benghazi selalu mendapat perhatian khusus. Pada era Ottoman, Benghazi dijadikan pusat kekuasaannya.

Pada tahun 1911, Italia mencaplok Benghazi. Italia lalu membangun jalan trotoar di sepanjang pantai Benghazi yang indah itu. Italia juga membangun gedung-gedung untuk menjadikan Benghazi sebagai kota modern.

Pada era Perang Dunia II, kota Benghazi mendapat serangan bom berat dari pasukan sekutu sehingga banyak kehancuran. Pada 15 April 1986, kota Benghazi digempur pesawat tempur AS sebagai aksi balasan terhadap tuduhan Khadafy terlibat dalam pengeboman sebuah diskotek di Berlin barat, yang menewaskan beberapa tentara AS.

Kini, setelah meletus revolusi Libya sejak 15 Februari lalu, Benghazi kembali bersaing dengan Tripoli. Benghazi di timur dikuasai kaum revolusioner dan Tripoli di barat dikuasai rezim Khadafy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com