Hingga Selasa (1/3) siang, sebagian korban kebakaran mengungsi di Balai Rakyat Pejagalan dan sebagian lagi mengungsi di rumah kerabatnya.
Beberapa warga juga ada yang tetap bertahan di rumahnya yang terbakar dengan menggelar tenda untuk menjaga harta bendanya yang masih dapat digunakan maupun dijual. Sebagian warga juga ada yang berjaga di sekitar permukiman karena pada saat terjadi kebakaran ada saja yang tega yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mencuri.
Selama sepekan, Sekretaris Kelurahan Pejagalan Sanyoto mengatakan, pemerintah menjamin kebutuhan makan dan tempat mengungsi bagi warga yang rumahnya ludes terbakar.
Namun, setelah sepekan, Sanyoto mengaku pihaknya masih belum dapat memastikan nasib warga yang rumahnya terbakar. Sanyoto juga tak dapat memberikan kepastian terkait pendirian kembali rumah warga karena lahan yang diokupasi warga itu termasuk lahan hijau, bukan untuk permukiman.
”Sesuai rencana pembangunan, lahan permukiman itu seharusnya sebagai jalan inspeksi Sungai Muara Angke,” tuturnya.
Seorang warga yang rumahnya terbakar, Wahyono (50), mengaku sejauh ini kebutuhan makan dan minum telah dipenuhi di tempat pengungsian di Balai Rakyat Pejagalan. Dia berharap agar pemerintah dapat membantunya mendirikan rumahnya yang hangus terbakar.
Meskipun tak menyebabkan korban jiwa, kebakaran yang terjadi cukup besar. Seluruh permukiman eks relokasi PKL Teluk Gong seluas 1.000 meter persegi itu ludes terbakar hingga menghanguskan 500 rumah.
Bahkan, kebakaran itu juga merembet ke gudang plastik di seberang permukiman yang dipisahkan jalan selebar empat meter. Gudang seluas 300 meter persegi itu pun ikut ludes terbakar bersama tiga truk yang ada di dalamnya.