Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuatan "Crowdsourcing"

Kompas.com - 07/02/2011, 07:01 WIB

Selama sepekan aksi demonstrasi di seluruh Mesir, lebih dari 150 orang tewas akibat bentrokan berdarah dengan polisi. Semua itu menambah dalam dendam dan antipati rakyat terhadap polisi, alat utama penguasa untuk menekan dan menyiksa rakyat di bawah Undang- Undang Darurat yang diterapkan lebih dari 40 tahun.

Sebuah kawat diplomatik rahasia dari Kedutaan Besar AS, 28 Juli 2009, yang dibocorkan WikiLeaks pekan lalu, menyebutkan, polisi Mesir dengan mudah menangkap dan menahan jurnalis, penulis puisi, dan blogger yang kritis terhadap pemerintahan Mubarak.

Keresahan masyarakat terakumulasi bagaikan bara dalam sekam yang bisa berkobar menjadi revolusi. Ada yang menduga, revolusi di Mesir ini dipicu aksi demonstrasi rakyat di Tunisia yang berhasil menggulingkan dan mengusir Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, 14 Januari.

Kekuatan massa

Revolusi Tunisia tersebut dalam waktu singkat memicu gelombang aksi serupa di Mesir, Yaman, Aljazair, dan Jordania. Perdana Menteri Jordania Samir Rifai akhirnya mengundurkan diri, Selasa (1/2/2011), karena desakan massa.

Warga Mesir, seperti dikutip The Economist, menjuluki gelombang revolusi itu sebagai ”Tunisami”, tsunami dari Tunisia. Robert Danin, pengamat Timur Tengah dari Council on Foreign Relations, mengatakan, persamaan nasib warga dunia Arab, peran jejaring sosial internet, dan televisi membuat gelombang itu melanda seluruh Timur Tengah dengan cepat.

”Jaringan (televisi) paling populer di dunia Arab adalah Aljazeera, yang menjadi instrumen sangat kuat. Orang di Yaman (yang menyaksikan peristiwa di Tunisia dan Mesir) akan berkata, ’Hmm, aksi ini terjadi di mana-mana. Mengapa tidak juga di sini? Kami juga marah. Kami juga tidak suka dengan represi. Kami juga muak’,” ungkap Danin.

Meski demikian, revolusi di Mesir tak serta-merta disusun secara instan hanya karena terinspirasi Tunisia. Newsweek menulis, gerakan crowdsourcing, semacam gerakan kepemimpinan kolektif untuk menggalang kekuatan massa yang efektif, elusif, sekaligus sulit dipatahkan, telah disusun komunitas dunia maya Mesir sebelum Tunisami.

Gerakan 6 April, yang menjadi salah satu motor aksi demonstrasi di Mesir saat ini, bermula dari sebuah akun di Facebook pada 2008. Gerakan yang didirikan aktivis Ahmad Maher (30) untuk menyerukan aksi pemogokan buruh di kota industri Mahalla waktu itu kini memiliki lebih dari 70.000 partisipan, sebagian besar kalangan menengah dan intelektual Mesir.

Dukungan juga tergalang dalam akun Facebook yang didedikasikan untuk Khaled Said, blogger yang dikabarkan tewas setelah dipukuli polisi di Alexandria tahun lalu. Komunitas yang berkembang di dunia maya itu tanpa disadari aparat keamanan berkembang menjadi aksi konkret.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com