Saat pertama kali menginjakkan kaki di negeri Paman Sam, nyaris tiga dekade lalu, Xi Jinping beserta satu delegasi yang dipimpinnya tiba di Muscatine, Iowa. Ketika itu mereka tidak datang untuk urusan politik, apalagi misi diplomatik serius. Mereka datang hanya untuk belajar bagaimana cara beternak babi yang baik dan benar.
Kejadian itu memang sudah lama berlalu. Pekan depan, Jinping kembali menginjakkan kakinya di Amerika Serikat, namun kali ini dengan status dan misi lain yang jauh lebih serius.
Sebagai wakil presiden sebuah negeri adidaya baru, kedatangan Jinping sangat strategis, terutama bagi kelanjutan hubungan kedua negara, AS dan China.
Jinping diagendakan menemui Presiden Barack Obama dan sejumlah tokoh penting AS lain. Selain untuk memperkenalkan diri, kunjungan Jinping diharapkan bakal meredakan ketegangan yang terjadi antarkedua negara.
Pemimpin mendatang
Dalam satu tahun ke depan, Jinping bakal menggantikan Presiden China Hu Jintao. Boleh jadi, kunjungan Jinping menjadi semacam penjajakan China menjelang pergantian kepemimpinan.
Dalam kunjungan itu, Jinping juga terkesan mencoba membuat terobosan baru dengan lebih bersikap simpatik. Salah satu caranya dengan mengunjungi pihak keluarga yang dahulu ”menampung” dirinya saat tengah ”belajar”.
Sikap simpatik seperti itu bisa dibilang sesuatu yang baru, apalagi mengingat selama ini sosok pejabat Pemerintah China terkesan ”menyendiri”, tidak peduli orang lain, dan kaku.
”Dia sangat menghargai kesempatan mempelajari Amerika. Kondisi seperti itu menunjukkan kalau dia bakal menjadi sosok pemimpin (China) yang berbeda. Dia akan menjadi seorang (pemimpin) yang terbuka dan apresiatif,” ujar Robert Lawrence Kuhn, penulis yang juga penasihat Pemerintah China dalam waktu lama.
Pujian juga dilontarkan diplomat senior AS, Henry Kissinger, tahun lalu, yang menyebut Jinping sebagai seorang tokoh yang ”lebih tegas dari yang pernah kami lihat sebelumnya”. Sementara itu, Wakil Presiden AS Joe Biden mengaku terkesan dengan ”keterbukaan dan keterusterangannya”.