Belum puas, Thunberg kemudian berupaya untuk mendorong anggota parlemen ikut serta dalam mengatasi perubahan iklim guna memberikan dampak lebih besar. Alih-alih bersekolah seperti anak seusianya, Thunberg memilih untuk mogok sekolah dan duduk di luar gedung parlemen Swedia dengan papan bertuliskan “Skolstrejk för Klimatet” (School Strike for Climate) selama hampir tiga minggu sebelum pemilihan umum (pemilu) Swedia pada September 2018.
Baca juga: Pengadilan: Greta Thunberg Melawan Polisi Saat Protes Krisis Iklim
Hanya ada Thunberg sendiri pada hari pertama mogok tersebut. Meski begitu, kian hari semakin banyak orang yang menemaninya dan kisahnya pun akhirnya menarik perhatian internasional. Setelah pemilu, Thunberg kembali ke sekolah tetapi terus membolos pada hari Jumat untuk melakukan mogok sekolah. Inilah mengapa gerakan tersebut juga disebut Jumat untuk Masa Depan.
Tindakannya telah menginspirasi ratusan ribu siswa di seluruh dunia untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan Mogok Sekolah untuk Iklim. Pemogokan telah dilakukan di negara-negara seperti Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Finlandia, Denmark, Perancis, dan Belanda. Pada akhir tahun 2018, Thunberg juga berkesempatan untuk berbicara dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim.
“Anda bilang anda mencintai anak-anakmu di atas segalanya, namun anda mencuri masa depan mereka di depan mata mereka,” kata Thunberg saat itu. “Kami datang ke sini untuk memberi tahu anda bahwa perubahan akan terjadi, suka atau tidak suka. Kekuasaan sebenarnya ada di tangan rakyat.”
Pengaruh Thunberg sangat terasa pada 20 September 2019 ketika pelajar di seluruh dunia menggelar protes perubahan iklim terbesar dalam sejarah, dengan sekitar 4 juta orang berpartisipasi dalam 2.500 demonstrasi di lebih dari 160 negara di tujuh benua.
Hal itu membuktikan bahwa meski sering dinilai masih “anak-anak”, pengaruh yang dimiliki Thunberg tetaplah sangat luar biasa. Terlebih lagi Thunberg pernah masuk dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia, bahkan memenangkan beberapa penghargaan akibat aksinya. Di akhir tahun 2019, Thunberg dinobatkan Person of the Year oleh majalah Time, menjadikannya orang termuda yang memiliki gelar tersebut.
Di antara tahun 2019 sampai dengan tahun 2023, namanya juga terus masuk dalam nominasi Penghargaan Nobel untuk Perdamaian. Di tahun 2019 juga, Thunberg memenangkan Right Livelihood Award atau Hadiah Nobel Alternatif. Thunberg di tahun yang sama juga memenangkan Ambassador of Conscience Award oleh Amnesty International. Thunberg bahkan juga masuk ke dalam daftar 100 perempuan paling berpengaruh di dunia oleh Forbes.
Pada tahun 2022, ia menerbitkan The Climate Book yang berisi esai dari 100 ilmuwan, penulis, dan aktivis tentang cara memerangi krisis iklim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.