Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Misterius "Sindrom Havana" Dituding sebagai Operasi Intelijen Rusia

Kompas.com - 02/04/2024, 14:43 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber BBC,Reuters

PENYAKIT misterius yang menyerang para diplomat Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir, yang dikenal dengan nama Sindrom Havana, kini dikaitkan dengan sebuah unit intelijen Rusia.

Menurut investigasi bersama yang dilakukan The Insider, Der Spiegel, dan CBS's 60 Minutes, para diplomat AS yang menderita sindrom itu mungkin telah menjadi sasaran persenjataan sonik Rusia.

Sindrom Havana merujuk pada serangkaian gejala misterius yang pertama kali dilaporkan para staf Kedutaan Besar AS di Havana, Kuba, pada akhir tahun 2016. Para staf kedutaan dan beberapa anggota keluarga mereka mengalami berbagai gejala fisik yang tidak bisa dijelaskan, tetapi termasuk sakit kepala, pusing, mual, gangguan pendengaran, kehilangan memori, dan kesulitan konsentrasi. Dalam beberapa kasus, gejala-gejala tersebut disertai dengan sensasi mendengar suara aneh yang tidak bisa dijelaskan sumbernya.

Baca juga: Intel AS Menduga Ini Sumber Sindrom Havana yang Menyerang Pejabat Amerika

Pada awalnya, gejala-gejala itu dikaitkan dengan dugaan serangan akustik atau perangkat elektronik lainnya. Namun penyelidikan yang dilakukan kemudian tidak berhasil mengidentifikasi sumber atau penyebab yang pasti.

Dalam perkembangannya, laporan serupa mulai muncul dari para diplomat dan staf kedutaan AS di negara-negara lain. Hal itu memperluas spekulasi mengenai sifat dan penyebab dari gejala-gejala tersebut.

Sindrom Havana menjadi subjek penyelidikan intensif berbagai badan pemerintah AS, termasuk FBI, CIA, dan Departemen Kesehatan AS. Penelitian dan analisis dilakukan untuk menentukan apakah gejala-gejala tersebut disebabkan oleh serangan yang disengaja, penyakit infeksi, atau faktor lingkungan. Hingga saat ini penyebab pasti dari Sindrom Havana masih belum dapat dipastikan.

Hasil investigasi media baru-baru ini menyebutkan bahwa sebuah unit intelijen militer khusus Rusia, yang dikenal sebagai 29155, mungkin telah menyasar otak para diplomat AS itu dengan senjata “energi terarah”. Energi terarah merujuk pada penggunaan energi elektromagnetik, termasuk laser, mikrogelombang, dan gelombang radio, untuk menghasilkan efek fisik atau elektronik terhadap target dengan cara yang sangat terfokus dan terkontrol.

Laporan itu mengatakan, ada bukti tentang penempatan anggota unit khusus Rusia di kota-kota di dunia pada saat para personel pemerintah AS melaporkan kasus Sindrom Havana.

Unit rahasia Rusia itu melakukan operasi di luar negeri dan telah dikaitkan dengan sejumlah insiden termasuk percobaan peracunan terhadap Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia, di Inggris tahun 2018.

Sebagai bagian dari investigasi itu, The Insider – sebuah kelompok media investigasi yang berfokus pada Rusia yang berbasis di Riga, Latvia - melaporkan bahwa seorang perwira di unit 29155 telah diberi penghargaan atas pekerjaannya terkait dengan pengembangan “senjata akustik tidak mematikan”.

Rusia Bantah

Moskwa membantah tuduhan tersebut. “Ini sama sekali bukan topik baru. Selama bertahun-tahun topik yang disebut ‘Sindrom Havana’ telah dibesar-besarkan media, dan sejak awal topik ini dikaitkan dengan tuduhan terhadap Rusia,” kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan saat ditanya mengenai laporan tersebut.

"Tidak ada seorang pun pernah mempublikasikan atau menyatakan bukti yang meyakinkan mengenai tuduhan tidak berdasar ini. Jadi, semua itu tidak lebih dari tuduhan tidak berdasar," tambah dia.

Kata Pejabat AS

Menanggapi laporan tersebut, para pejabat AS mengatakan kepada CBS News bahwa mereka akan "terus memeriksa dengan cermat insiden-insiden kesehatan yang tidak wajar". Mereka mengulangi pernyataan mereka sebelumnya bahwa "sangat kecil kemungkinannya ada musuh asing yang bertanggung jawab" atas penyakit misterius itu.

Namun mereka mengatakan bahwa mereka "tidak mempertanyakan pengalaman dan gejala nyata yang dilaporkan rekan-rekan kami dan anggota keluarga mereka", dan menegaskan bahwa upaya menangani insiden tersebut merupakan prioritas mereka.

John Bolton, yang pernah menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Donald Trump, mengatakan, tuduhan baru itu “sangat memprihatinkan”.

"Saya kira pemerintah, ketika saya berada di sana, tidak cukup serius menanggapi hal itu," katanya kepada CNN. "Saya rasa mereka tidak menganggapnya cukup serius sejak saat itu."

Namun Senator Partai Republik, JD Vance, sekutu utama Trump, menolak isi laporan tersebut. Dia menulis di X, "Sepertinya banyak jurnalis yang kehilangan akal sehatnya".

Baca juga: Penyakit Misterius Bernama Sindrom Havana Menyerang 100 Anggota CIA dan Keluarganya

Para pejabat AS sebelumnya juga mengatakan bahwa kemungkinan besar bukan kekuatan asing yang harus disalahkan terkait dengan penyakit misterius tersebut.

Namun dalam penilaian mereka terhadap "insiden-insiden kesehatan anomali" (anomalous health incidents/AHIs) - yang disampaikan tahun lalu - mereka tidak memberikan penjelasan alternatif apapun. Hal itu membuat frustrasi orang-orang yang terkena penyakit tersebut.

Nama fenomena itu diambil dari ibu kota Kuba, Havana – tempat kasus pertama terdeteksi tahun 2016 – meskipun laporan terbaru menunjukkan bahwa kasus pertama mungkin terjadi di Jerman dua tahun sebelumnya. Kasus-kasus lain telah dilaporkan di seluruh dunia, mulai dari Washington hingga China.

Pada Senin (1/4/2024), Pentagon mengatakan, seorang pejabat senior departemen pertahanan yang menghadiri pertemuan KTT NATO di Lituania tahun lalu mengalami gejala yang mirip dengan sindrom Havana.

Para personel AS yang terkena penyakit ini - termasuk staf Gedung Putih, CIA dan FBI – mengeluh pusing, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi dan mendengar suara yang intens dan menyakitkan di telinga mereka.

Sudah ada lebih dari 1.000 laporan mengenai penyakit misterius tersebut, dan puluhan kasus masih dianggap belum dapat dijelaskan secara resmi.

Anggota parlemen AS telah mengeluarkan undang-undang (UU) yang bertujuan untuk mendukung para korban. Kongres AS meloloskan UU Havana pada tahun 2021. UU itu memberi wewenang kepada Departemen Luar Negeri, CIA, dan lembaga pemerintah AS lainnya untuk membiayai staf dan keluarga mereka yang terkena penyakit tersebut selama bertugas.

Namun, sebuah penelitian National Institutes of Health (NIH) yang diterbitkan bulan lalu mengatakan, pemindaian MRI gagal mendeteksi bukti cedera otak pada puluhan personel AS yang melaporkan AHIs.

Sudah lama ada kecurigaan bahwa mereka yang terpengaruh telah terkena energi terarah atau gelombang mikro yang ditembakkan dari perangkat tersembunyi – sebuah kemungkinan yang diakui dalam laporan intelijen AS sebelumnya.

Seorang penyelidik militer AS yang memeriksa kasus-kasus sindrom itu mengatakan kepada 60 Minutes bahwa hubungan yang umum antara para korban sindrom itu adalah "hubungan yang terkait dengan Rusia". Greg Edgreen, mantan pejabat militer AS menjelaskan, "Ada beberapa sudut pandang di mana mereka (para korban) bekerja melawan Rusia, fokus pada Rusia, dan melakukannya dengan sangat baik."

Salah satu korban sindrom tersebut, seorang agen FBI, menceritakan kepada 60 Minutes tentang pengalamannya diserang kekuatan yang sangat kuat di rumahnya di Florida tahun 2021.

“Suara di dalam telinga kanan saya rasanya seperti suara bor dokter gigi yang sangat kuat," katanya kepada program tersebut. "Rasanya bor tersebut dekat sekali dengan gendang telingamu."

Perempuan itu, yang dikenal sebagai Carrie, mengatakan bahwa dia akhirnya pingsan dan kemudian mengalami masalah dengan memor dan konsentrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com