Banyak hibakusha (sebutan untuk penyintas bom atom) berharap film Oppenheimer setidaknya menampilkan gambar penderitaan yang ditimbulkan oleh insiden bom atom tersebut.
Toshiyuki Mimaki contohnya, dia merupakan salah satu penonton film Oppenheimer di Hiroshima pada hari pertama penayangan. Mimaki baru berusia 3 tahun pada saat insiden bom atom terjadi. Kini, Mimaki berusia 82 tahun dan merupakan salah satu ketua dari Hidankyo, sebuah konfederasi kelompok penyintas bom atom.
“Saya sudah menunggu adegan pengeboman Hiroshima muncul, tapi ternyata tidak pernah muncul,” kata Mimaki. “Penting untuk menunjukkan kisah lengkap, termasuk para korban, jika kita ingin memiliki masa depan tanpa senjata nuklir.”
Kritik terkait kurangnya gambar penderitaan dari bom atom dilontarkan lebih tegas oleh mantan Wali Kota Hiroshima Takashi Hiraoka.
“Dari sudut pandang Hiroshima, kengerian senjata nuklir tidak cukup digambarkan,” katanya seperti dikutip oleh media Jepang. “Film ini dibuat untuk memvalidasi kesimpulan bahwa bom atom digunakan untuk menyelamatkan nyawa orang Amerika.”
Selain kritik, ada banyak orang yang justru memuji film itu.
Seorang pria di Tokyo yang tidak menyebutkan namanya mengatakan, film tersebut sangat bagus dan menekankan bahwa topik yang diangkat film itu sangat menarik bagi orang Jepang walau emosinya juga tidak menentu.
“Ini benar-benar adalah film tentang Oppenheimer sebagai manusia, dan cara dia bergulat dengan nuraninya. Jadi dalam hal itu, saya pikir tepat untuk tidak memperluasnya terlalu banyak untuk menunjukkan dampaknya,” kata Mei Kawashima, pemuda asal Hiroshima.
Shogo Tachiyama, seorang mahasiswa, mengatakan bahwa dia sangat sedikit mengetahui tentang Oppenheimer yang karyanya akan menyebabkan kehancuran kota tempat dia lahir enam dekade kemudian.
“Kami belajar tentang pengeboman dan dampaknya di sekolah dasar, tapi saya tidak tahu apa-apa tentang Oppenheimer,” katanya.
“Saya belajar banyak dari film ini, dan itu membuat saya berpikir lagi tentang apa yang bisa saya dan para pemuda lain lakukan ... dimulai dari tuntutan bahwa senjata nuklir tidak boleh digunakan lagi.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.