Tahun 2022, para pihak yang bertikai menegosiasikan gencatan senjata selama enam bulan. Meskipun gencatan senjata itu telah berakhir, situasi di Yaman relatif tenang karena semua pihak tampaknya telah sampai pada kesimpulan bahwa mereka menemui jalan buntu.
Perang di Yaman telah digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia oleh PBB.
Ideologi Houthi dapat disimpulkan dari slogan mereka: "Kematian AS, kematian Israel, kutukan terhadap Yahudi, dan kemenangan Islam."
Di wilayah yang dikuasi kelompok itu di Yaman utara, ajaran Islam diterapkan secara kaku dengan kecenderungan anti-Barat dan anti-Israel.
Sejak tahun 1990-an, pemerintahan Yaman secara berturut-turut mendukung seruan pembentukan negara Palestina dan diakhirinya pendudukan Israel. Hal ini serupa dengan keinginan kebanyakan negara di Timur Tengah.
Namun, kelompok Houthi terus meradikalisasi posisinya, dan mendapat dukungan dari banyak penduduk setempat yang bersimpati.
Kelompok Houthi sekarang dianggap sebagai sekutu dekat Iran. Mereka memandang dirinya sebagai bagian dari apa yang disebut Poros Perlawanan, sebuah aliansi regional pimpinan Iran yang juga mencakup Hamas di Gaza, Hezbullah di Lebanon, dan berbagai faksi paramiliter di Irak.
Baca juga: Kronologi AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman: Senjata yang Dipakai dan Strategi di Baliknya
Menurut pakar Yaman di Institut Perdamaian Eropa, Hisham Al-Omeisy, hal itulah yang membuat Houthi kini menyerang kapal-kapal yang bertujuan ke Israel di kawasan Teluk.
"Sekarang mereka sebenarnya memerangi imperialis, mereka memerangi musuh-musuh bangsa Islam... Itu selaras dengan landasan mereka," kata Al-Omeisy sebagaimana dikutip BBC.
Sementara Hamidreza Azizi, peneliti di Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman, mengatakan bahwa ada perbedaan mencolok antara Houthi dan kelompok-kelompok lainnya, katakanlah Hezbullah. Houthi tidak terlalu bergantung pada Iran sebagaiman Hizbullah. Begitu kata Azizi kepada media Jerman, Deutsche Welle (DW).
Tidak mungkin mengetahui secara pasti seberapa besar dukungan yang diperoleh Houthi dari Iran, atau seberapa besar respons mereka terhadap perintah dari Teheran. Fabian Hinz, peneliti analisis pertahanan dan militer di Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan bahwa diragukan Iran berperan dalam serangan belakangan ini terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Para pengamat berpendapat, serangan Houthi tidak menimbulkan banyak bahaya militer bagi Israel. Roket-roket yang ditembakkan ke arah Israel telah berhasil dihalau atau ditembak jatuh.
Menurut Farea al-Muslimi, peneliti di program Timur Tengah dan Afrika Utara di lembaga pemikir Inggris, Chatham House, serangan-serangan itu justru lebih merupakan pesan politik untuk khalayak domestik.
“Perang ini adalah kesempatan emas bagi kelompok Houthi untuk menunjukkan posisi mereka yang pro-Palestina, anti-Israel, dan anti-Amerika kepada penduduk setempat,” kata al-Muslimi seperti dilaporkan DW.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.