Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Idiologi Pemberontak Houthi yang Didukung Iran di Yaman?

Kompas.com - 15/01/2024, 18:14 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber DW, BBC

Tahun 2022, para pihak yang bertikai menegosiasikan gencatan senjata selama enam bulan. Meskipun gencatan senjata itu telah berakhir, situasi di Yaman relatif tenang karena semua pihak tampaknya telah sampai pada kesimpulan bahwa mereka menemui jalan buntu.

Perang di Yaman telah digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia oleh PBB.

Apa yang diyakini Houthi

Ideologi Houthi dapat disimpulkan dari slogan mereka: "Kematian AS, kematian Israel, kutukan terhadap Yahudi, dan kemenangan Islam."

Di wilayah yang dikuasi kelompok itu di Yaman utara, ajaran Islam diterapkan secara kaku dengan kecenderungan anti-Barat dan anti-Israel.

Sejak tahun 1990-an, pemerintahan Yaman secara berturut-turut mendukung seruan pembentukan negara Palestina dan diakhirinya pendudukan Israel. Hal ini serupa dengan keinginan kebanyakan negara di Timur Tengah.

Namun, kelompok Houthi terus meradikalisasi posisinya, dan mendapat dukungan dari banyak penduduk setempat yang bersimpati.

Kelompok Houthi sekarang dianggap sebagai sekutu dekat Iran. Mereka memandang dirinya sebagai bagian dari apa yang disebut Poros Perlawanan, sebuah aliansi regional pimpinan Iran yang juga mencakup Hamas di Gaza, Hezbullah di Lebanon, dan berbagai faksi paramiliter di Irak.

Baca juga: Kronologi AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman: Senjata yang Dipakai dan Strategi di Baliknya

Menurut pakar Yaman di Institut Perdamaian Eropa, Hisham Al-Omeisy, hal itulah yang membuat Houthi kini menyerang kapal-kapal yang bertujuan ke Israel di kawasan Teluk.

"Sekarang mereka sebenarnya memerangi imperialis, mereka memerangi musuh-musuh bangsa Islam...  Itu selaras dengan landasan mereka," kata Al-Omeisy sebagaimana dikutip BBC.

Sementara Hamidreza Azizi, peneliti di Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman, mengatakan bahwa ada perbedaan mencolok antara Houthi dan kelompok-kelompok lainnya, katakanlah Hezbullah. Houthi tidak terlalu bergantung pada Iran sebagaiman Hizbullah. Begitu kata Azizi kepada media Jerman, Deutsche Welle (DW).

Tidak mungkin mengetahui secara pasti seberapa besar dukungan yang diperoleh Houthi dari Iran, atau seberapa besar respons mereka terhadap perintah dari Teheran. Fabian Hinz, peneliti analisis pertahanan dan militer di Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan bahwa diragukan Iran berperan dalam serangan belakangan ini terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Para pengamat berpendapat, serangan Houthi tidak menimbulkan banyak bahaya militer bagi Israel. Roket-roket yang ditembakkan ke arah Israel telah berhasil dihalau atau ditembak jatuh.

Menurut Farea al-Muslimi, peneliti di program Timur Tengah dan Afrika Utara di lembaga pemikir Inggris, Chatham House, serangan-serangan itu justru lebih merupakan pesan politik untuk khalayak domestik.

“Perang ini adalah kesempatan emas bagi kelompok Houthi untuk menunjukkan posisi mereka yang pro-Palestina, anti-Israel, dan anti-Amerika kepada penduduk setempat,” kata al-Muslimi seperti dilaporkan DW

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Internasional
Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Internasional
Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Hubungan Israel-Mesir Memburuk Setelah Israel Duduki Perbatasan Rafah

Internasional
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com