Pada 1909, Kota Tel Aviv didirikan di pantai Laut Mediterania. Inggris berulang kali mencoba menghentikan arus migrasi, bahkan saat situasi darurat ketika Nazi merebut kekuasaan di Jerman.
Baca juga:
Sejak awal 1920-an telah terjadi bentrokan sengit antara Yahudi dan Arab di kawasan mandat Palestina, misalnya di Jaffa dan Yerusalem.
"Masalah mendasarnya adalah, tentu saja, dua pihak memiliki klaim atas negara yang sama dan keduanya memiliki alasan historis atas klaim ini," kata sejarawan Michael Brenner, yang merupakan direktur Center for Israel.
Setelah proklamasi Negara Israel, lima negara Arab menyatakan perang terhadap negara muda tersebut.
Israel menang perang dan merebut sekitar 40 persen tanah yang dialokasikan untuk Palestina oleh PBB.
Akibat perang, tetapi juga sudah mulai terjadi sebelumnya, sekitar 700.000 warga Palestina diusir dan melarikan diri, yang dikenal sebagai Nakba atau malapetaka.
Pada 1967, perang lain mengubah perimbangan kekuatan: sejak saat itu, Israel menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan memblokade sebagian besar Jalur Gaza.
Israel dikritik secara internasional, karena politik pendudukannya. Banyak pemerintahan, termasuk Jerman, menganggap permukiman Israel di wilayah pendudukan sebagai pelanggaran hukum internasional.
Baca juga:
"Tahun ini mungkin akan menjadi hari kemerdekaan paling politis dalam sejarah Israel," kata sosiolog Sznaider.
Ratusan ribu orang telah turun ke jalan di Israel untuk berdemonstrasi menentang rencana restrukturisasi peradilan.
Para demonstran merasa tidak terwakili oleh pemerintah sayap kanan saat ini, dan bertujuan untuk membentuk masa depan yang berbeda bagi negara mereka.
Di pihak para demonstran, ada sesuatu dengan sangat berbeda. Setiap minggu, para demonstran secara sadar mengacu pada ide-ide pendirian negara dengan mengibarkan bendera dan menyerukan deklarasi kemerdekaan.
Mereka bersikeras pada asal-usul demokrasi Israel, sebuah negara bebas, negara hukum untuk semua warganya.
Atau, seperti yang dikatakan sejarawan Tom Segev dalam wawancara di media Jerman, der Spiegel: "David Ben-Gurion mungkin akan marah dan kebingungan" jika dia melihat bagaimana masyarakat Israel saat ini.
Bagi sejarawan Michael Brenner, situasi di Israel kembali mencuatkan ketegangan lama.