Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Masalah di Korea Selatan yang Disorot dalam Squid Game

Kompas.com - 15/10/2021, 16:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

SEOUL, KOMPAS.com - Squid Game, sebuah drama berdarah dari Korea Selatan, bisa dibilang telah menjadi salah satu acara Netflix paling populer sepanjang masa.

Pada awal Oktober, ia menjadi serial yang paling banyak ditonton di 90 negara dan keberhasilannya memberi para pemirsa di dunia luar pemahaman tentang kehidupan masyarakat di Korea Selatan.

Di samping alur ceritanya yang menegangkan tentang para kontestan yang ikut serta dalam permainan hidup dan mati demi uang yang akan mengubah hidup mereka, serial ini mendapatkan banyak pujian karena caranya menggambarkan masalah-masalah nyata yang memengaruhi kehidupan di Korea Selatan.

Baca juga: Korea Utara Pakai Squid Game untuk Propaganda, Singgung Moral Korea Selatan

Squid Game mengikuti jejak Parasite, film populer yang mengangkat masalah tentang kehidupan kontras dua keluarga di Seoul yang pada 2020 menjadi film berbahasa non-Inggris pertama yang memenangkan penghargaan Film Terbaik di acara Oscar.

Parasite juga meraih 5 Oscar lainnya, termasuk Sutradara Terbaik.

Banyak pemirsa luar negeri barangkali tidak menyadari permasalahan sosial di Korea Selatan, sebelum menonton Squid Game.

Berikut adalah beberapa masalah utama yang disorot dalam serial Squid Game, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Jumat (15/10/2021).

Peringatan: artikel ini memuat spoiler.

Baca juga: Terjemahan Squid Game di Netflix Jadi Kontroversi karena Kurang Pas

1. Masalah misogini di Korea Selatan

Korea Selatan memiliki masalah misogini, skor kesetaraan  gender buruk, yang diangkat dalam Squid Game. [VIA BBC INDONESIA]VIA BBC INDONESIA Korea Selatan memiliki masalah misogini, skor kesetaraan gender buruk, yang diangkat dalam Squid Game. [VIA BBC INDONESIA]

Menurut laporan tentang Kesenjangan Gender yang dirilis Forum Ekonomi Dunia pada 2021, Korea Selatan menempati peringkat ke-102 dalam daftar negara-negara dengan kesetaraan gender terbaik.

Squid Game mencerminkan budaya ini melalui diskusi tentang kesesuaian perempuan untuk tugas-tugas yang diberikan kepada para kontestan.

Cho Sang-woo, seorang bankir investasi, lebih dari sekali berusaha menghentikan kontestan perempuan untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok.

Namun acara itu sendiri telah dikritik karena caranya menggambarkan peran perempuan.

Khususnya, ada kontroversi seputar karakter Mi Nyeo, yang diceritakan tidur dengan gangster Deok Su supaya bisa bergabung dengan timnya.

Penulis dan sutradara Squid Game, Hwang Dong Hyuk, membantah beberapa tuduhan misogini yang dilayangkan terhadapnya di media sosial.

Dalam wawancara dengan surat kabar Korea Hankook Ilbo, Hwang Dong Hyuk mengatakan bahwa ia hanya membayangkan bagaimana karakter tersebut bereaksi "ketika ditempatkan dalam situasi terburuk".

Baca juga: Netflix Ganti Nomor Ponsel Asli di Squid Game akibat Banyak Prank

2. Masalah nasib pembelot Korea Utara di Korea Selatan

Ji Young (kiri) diperankan oleh Lee Yoo Mi bersama Sae Byeok (Jung Ho Yeon) dalam drama Squid Game. Netflix Ji Young (kiri) diperankan oleh Lee Yoo Mi bersama Sae Byeok (Jung Ho Yeon) dalam drama Squid Game.

Squid Game juga membahas masalah pembelot Korea Utara.

Dalam serial tersebut, kontestan Sae Byok (diperankan oleh model Jung Ho Yeon) bergabung dengan Squid Game dengan harapan memenangkan hadiah uang untuk menyatukan kembali keluarganya, yang terpisah saat melarikan diri dari rezim represif Korea Utara.

Sebelum pandemi Covid-19, lebih dari seribu warga Korea Utara mencari suaka di Korea Selatan setiap tahun.

Meskipun Seoul sudah menyediakan sejumlah skema pemukiman kembali dan beberapa manfaat, para pembelot dapat mengalami penganiayaan, diskriminasi, dan dicurigai oleh rekan-rekan mereka.

Squid Game menunjukkan beberapa aspek tersebut, yang mencakup detil yang akan dilewatkan oleh pemirsa yang bukan penutur bahasa Korea.

Seperti banyak pembelot lainnya dalam kehidupan nyata, Sae Byok menyembunyikan aksen aslinya dan berbicara dalam dialek standar Seoul.

Ia baru kembali ke aksen aslinya dalam sebuah adegan ketika ia berbicara dengan adik laki-lakinya, yang berada di panti asuhan.

Baca juga: Nomor Teleponnya Muncul di Squid Game, Wanita Ini Dibanjiri Ribuan Panggilan Prank

3. Masalah kemiskinan di Korea Selatan

Squid Game adalah acara paling populer di 90 negara, kata Netflix.NETFLIX via BBC INDONESIA Squid Game adalah acara paling populer di 90 negara, kata Netflix.

Siapa pun akan dimaafkan bila mengangkat alis ketika diminta untuk membahas kemiskinan di Korea Selatan.

Bagaimanapun, negara Asia itu menempati peringkat ke-23 dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB, di atas beberapa negara Eropa, seperti Perancis, Italia, dan Spanyol.

Namun tokoh utama Squid Game, Gi Hun, telah dipecat oleh perusahaan fiktif bernama Dragon Motors, memiliki dua usaha yang gagal, tinggal bersama ibunya yang sakit, dan tidak mampu membelikan putrinya hadiah ulang tahun yang layak.

Karakternya adalah contoh dari sosok "pekerja gagal" yang tidak bisa mengangkat dirinya keluar dari kemiskinan.

Dalam Indeks Gini, yang mengukur distribusi kekayaan di suatu negara, Korea Selatan mendapat hasil yang lebih baik daripada beberapa negara Nordik dan bahkan AS. Jadi mengapa kemiskinan menjadi tema serial ini?

Barangkali karena ketimpangan sedang meningkat di negara Asia itu. Sekitar 20 persen orang dengan pendapatan terbesar di Korea Selatan memiliki kekayaan bersih 166 kali lebih besar dari 20 persen orang dengan pendapatan terendah.

Data-data dari Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan bahwa hampir 17 persen dari lebih dari 51 juta orang di Korea Selatan hidup dalam kemiskinan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Banyak dari mereka tinggal di bilik perumahan sempit yang disebut Goshitels dan Goshiwon, beberapa lebarnya tidak sampai 2 meter. Beberapa generasi dari satu keluarga dapat tinggal berjejalan di satu apartemen.

Namun bahkan orang-orang yang lebih berada pun sedang kesusahan, karena utang rumah tangga di Korea Selatan sekarang bernilai lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu, tingkat tertinggi di seluruh Asia.

Baca juga: Pembukaan Toko Pop-up Squid Game di Perancis Ricuh, Pengunjung Saling Pukul di Jalanan

4. Masalah eksploitasi migran di Korea Selatan

Pemeran Ali di drama Squid Game, Anupam TripathiInstagram Anupam Tripathi Pemeran Ali di drama Squid Game, Anupam Tripathi

Salah satu karakter Squid Game yang paling menawan adalah Ali, seorang migran dari Pakistan yang bekerja sebagai buruh pabrik dan ikut bermain setelah bosnya di Korea Selatan tidak membayar upahnya selama berbulan-bulan, memaksanya untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi.

Orang Pakistan bukanlah salah satu populasi imigran terbesar di Korea Selatan, tetapi latar belakang Ali menyoroti rutinitas kerja keras dan eksploitasi yang dialami beberapa pekerja asing di sana.

Meskipun pihak berwenang Korea Selatan telah mengeluarkan undang-undang perlindungan tenaga kerja dalam dua dekade terakhir, banyak pekerja migran yang masih mengalami kondisi memprihatinkan, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia.

5. Masalah kronisme korporasi dan politik di Korea Selatan

Park Geun Hye, presiden perempuan pertama Korea Selatan, diturunkan dan dipenjara pada 2016 karena keterlibatannya dalam skandal korupsi. [VIA BBC INDONESIA]VIA BBC INDONESIA Park Geun Hye, presiden perempuan pertama Korea Selatan, diturunkan dan dipenjara pada 2016 karena keterlibatannya dalam skandal korupsi. [VIA BBC INDONESIA]

Salah satu karakter utama Squid Game adalah Cho Sang Woo, seorang bankir investasi yang menjadi kontestan setelah dipermalukan karena menggelapkan dana dari perusahaan tempat dia bekerja.

Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan elit bisnis dan politiknya, termasuk penyelidikan korupsi yang pada 2016 menjatuhkan presiden perempuan pertamanya, Park Geun Hye.

Baca juga: Squid Game Bikin Lonjakan Traffic Besar, Provider Internet Ini Tuntut Netflix

6. Masalah hubungan yang rumit Korea Selatan dengan China

Squid Game begitu populer di China sampai menginspirasi barang-barang dagangan, seperti toko di Shanghai ini yang menjual penganan yang ditampilkan dalam acara tersebut. [VIA BBC INDONESIA]VIA BBC INDONESIA Squid Game begitu populer di China sampai menginspirasi barang-barang dagangan, seperti toko di Shanghai ini yang menjual penganan yang ditampilkan dalam acara tersebut. [VIA BBC INDONESIA]

Squid Game hanya satu kali menyebut China, yang merupakan sekutu utama Korea Utara, yaitu ibu Sae Byok ditangkap ketika berusaha mencapai Korea Selatan melalui daratan China.

Namun di luar layar, serial ini menjadi contoh lain dari ketegangan antara Seoul dan Beijing.

Media China melaporkan bahwa tracksuit hijau yang dikenakan oleh para kontestan mirip dengan pakaian yang dikenakan dalam film China tahun 2019 Teacher, Like.

Isu tersebut memantik perdebatan panas di media sosial, tetapi tidak banyak mengurangi kesuksesan Squid Game di China.

Kendati Netflix diblokir di negara itu, acara ini tersedia melalui layanan streaming ilegal dan telah diulas oleh hampir 300.000 orang di Douban, platform ulasan film dan buku terbesar di China, mencetak skor popularitas 7,6 dari 10.

Ironisnya, banyak situs e-commerce juga menawarkan barang dagangan terkait Squid Game, termasuk tracksuit hijau.

Di Shanghai, bahkan ada toko-toko yang menjual dalgona, gula-gula Korea yang ditampilkan dalam satu episode.

Ada juga "tantangan permen dalgona" yang tersebar di TikTok, di mana penggemar menciptakan kembali penganan mematikan dalam acara tersebut.

Squid Game barangkali telah memberikan kesan negatif pada makanan yang tidak berbahaya seperti itu, namun popularitas serial ini telah menjadi bukti akan ketertarikan global yang semakin meningkat pada budaya Korea.

Baca juga: Squid Game: Serial Netflix yang Menambahkan Pembunuhan ke Dalam Nostalgia Permainan Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com