PYONGYANG, KOMPAS.com - Bendera Korea Utara saat ini yang terdiri dari 3 warna dengan dominasi merah dan biru, lalu diikuti putih, memiliki sejarah yang terukir dari 1946-1948.
Dimulai setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Bagian utara semenanjung Korea diduduki oleh pasukan Soviet pada 1946 dan menciptakan Komite Rakyat Sementara untuk Korea Utara.
Mereka mendesain bendera dengan simbol taeguk yang dimodifikasi, yaitu dari kanan atas ke kiri bawah, melambangkan Taoisme dengan elemen surga, api, air, dan bumi.
Bendera semula itu menyerupai bendera Korea Selatan saat ini, seperti yang dilansir dari Young Pioneer Tours.
Baca juga: Korea Utara Luncurkan Rudal, Biden: Itu Bukan Provokasi
Dua tahun setelah itu, bendera diperkenalkan pada 10 Juli 1948, dua bulan sebelum Republik Demokratik Rakyat Korea diproklamasikan.
Bendera Korea Utara yang dipilih memiliki desain yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya, seperti yang dilansir dari Young Pioneer Tours.
Desain yang dipilih memiliki garis merah dengan garis putih dan biru. Di dalamnya garis tengah berwarna merah ada piringan putih dengan bintang segi lima merah Soviet.
Itu adalah bendera Korea Utara yang bisa kita lihat saat ini.
Makna dari masing-masing lambangnya, seperti bintang merah, artinya komunisme.
Korea Utara selama 46 tahun dikuasai oleh pemimpin komunis lokal, Kim Il-sung, yang mampu memaksakan kehendaknya pada maskyarakat setempat. Sehingga, unsur komunis sangat kental di sana.
Garis merah bermakna patriotisme. Sedangkan, garis putih bermakna penyatuan dan budaya. Lalu, garis biru bermakna persatuan.
Presiden Kim Il Sung dan para penggantinya sering berbicara tentang pentingnya bendera.
Jadi, bendera ini seperti banyak negara patriotik lainnya, sering berkibar di atas gedung-gedung pemerintah.
Baca juga: Pejabatnya Kena Sanksi, Korea Utara Sebut Uni Eropa Gila
Di setiap bagian atas dan bawah bendera militer Korea Utara ditulis secarik kalimat.
Di bagian atas, "Untuk penyatuan dan kemerdekaan ibu pertiwi" diikuti larik bawahnya bertulis, "serta kebebasan dan kebahagiaan rakyat"