Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Wu Lien Teh, Dokter Malaysia-China Pelopor Masker Bedah

Kompas.com - 14/03/2021, 05:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Wabah penyakit seperti Covid-19 saat ini, bukan pertama kalinya terjadi dunia. Pandemi terakhir terjadi pada 1918 karena wabah flu Spanyol.

Setelah kurang lebih satu abad memerangi penyakit menular, nyatanya penanganan manusia terhadap ancaman ini masih sama.

Masker atau penutup wajah masih jadi alat krusial untuk mengendalikan infeksi. Hanya saja memang dengan perkembangan teknologi, model dan bentuknya sudah banyak dimodifikasi.

Penggunaan penutup wajah sendiri pertama kali dipopulerkan oleh epidemiologi China-Malaysia, Dr Wu Lien Teh.

Tak begitu populer di negaranya sendiri, nama Dr Wu di dunia medis internasional dan ahli epidemiologi sangat dihormati sebagai pejuang wabah.

Dia orang pertama yang menciptakan penutup wajah bedah. Desainnya ini dianggap sebagai pendahulu masker N95, yang banyak digunakan saat ini untuk memerangi penyebaran Covid-19.

Pada 1911, Dr Wu Lien Teh berhasil memberantas wabah penyakit radang paru-paru yang melanda wilayah timur laut China, dekat Rusia.

Capaian itu diraihnya dalam keterbatasan fasilitas kesehatan di masa itu. Jutaan nyawa berhasil diselamatkannya. Epidemi mematikan yang membentang sepanjang 3000 km pun dapat dihentikan.

Karena jasa dan temuannya ini, Wu menjadi orang Malaysia pertama yang dinominasikan untuk Hadiah Nobel dalam fisiologi atau kedokteran.

Baca juga: Demonstran di Negara Bagian AS Ini Bakar Masker: Hiruplah Kebebasan, Sayang!

Dari Negeri Jihran

Lahir di Penang Malaysia pada 10 Maret 1879, Wu berasal dari keluarga imigran Taishan, China.

Ayahnya, Ng Khee Bok adalah seorang pedagang dan perajin emas yang sukses. Sementara sang ibu Lam Choy Fan, adalah generasi kedua Hakka di Penang.

Wu mendapatkan pendidikan dasar dan menengah di Sekolah Gratis Penang. Pada usia 17 tahun, dia diterima di Emmanuel College, Universitas Cambridge di bawah Beasiswa Ratu yang bergengsi.

Setelah melanjutkan studi pascasarjana di Institute Pasteur Paris, dia mengambil gelar MD dari Universitas Cambridge dengan tesis tentang tetanus.

Sekembalinya ke Malaya, Dr Wu bergabung dengan Institute of Medical Research di Kuala Lumpur. Tak perlu waktu lama, dia lalu membuka klinik pribadi di Chulia Street Penang pada 1904.

Semenjak itu, Wu aktif dalam menyuarakan banyak masalah sosial. Dia mengkritik sistem, menyuarakan diskriminasi jender dan rasial, hingga aktif dalam politik.

Pada 1905, Wu menikah dengan Ruth Huang Shu Chiung. Wanita itu adalah putri kedua Huang Nai Shang, pendiri Sibu, Sarawak, seorang revolusioner terkemuka Malaysia dan pendukung setia Dr Sun Yat Sen.

Tidak puas hanya mencari keuntungan, Wu kemudian mengambil posisi Asisten Direktur dari Imperial Army Medical College di Tientsin.

Penawaran datang dari Penasihat Agung Yuan Shi Kai dari pemerintahan Dinasti Qing pada 1907. Sejak itu keluarganya pindah ke China.

Baca juga: Yayasan Temasek Singapura Salurkan 11,65 Juta Masker ke Indonesia Perangi Covid-19

Perjuangan melawan epidemi

Pada musim gugur 1910, epidemi mematikan yang menyapu seperempat populasi Eropa pada abad ke-14 pecah di wilayah timur laut China.

Kematian pertama dilaporkan di kota perbatasan Manchouli, dekat Rusia. Epidemi dengan cepat menyebar ke Harbin, kota internasional yang baru tumbuh karena pengembangan jalur kereta api.

Dalam waktu 4 bulan, 5 provinsi dan 6 kota sudah terinfeksi. Epidemi segera berubah menjadi krisis kesehatan internasional ketika penduduk Harbin mulai meninggalkan kota. Mayat dibiarkan dibuang di jalan-jalan pada musim dingin yang sangat dingin.

Dr Wu yang saat itu berada di Tientsin, ditugaskan untuk menyelidiki wabah epidemi di Harbin. Ketika itu kota tersebut hampir tidak memiliki peralatan medis yang canggih.

Tiga hari setelah kedatangannya di Harbin, dia mengabaikan hukum yang berlaku dan kepercayaan kuno. Dr Wu melakukan postmortem pertama di China pada seorang wanita Jepang yang meninggal karena epidemi.

Dari penelitian dan laporan lapangan, dia menyimpulkan epidemi itu adalah wabah pneumonia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui napas atau dahak manusia.

Untuk membantu memerangi penyebaran penyakit, Wu merancang masker bedah berbahan katun dan kain kasa. Masker bentuk awal ini memiliki banyak lapisan kain untuk menyaring pernapasan.

Wu menyarankan semua orang untuk memakai masker untuk melindungi diri dari penyakit. Stasiun karantina dan rumah sakit diinstruksikan dibuat dengan cepat. Pembatasan perjalanan diberlakukan, dan menerapkan teknik progresif untuk mensterilkan peralatan.

Baca juga: Sempat Klaim Covid-19 Hilang Hanya Pakai Doa, Presiden Tanzania Akhirnya Desak Warga Pakai Masker

Pengakuan dunia

Dengan cara itu, Wu berhasil membantu mengakhiri pandemi pada April 1911, setelah merenggut kurang lebih 60.000 jiwa. Waktu empat bulan diperlukannya sejak pertama kali diberi tugas untuk mengendalikan penyebaran.

Pada 1912, Wu menjadi direktur pertama Layanan Wabah Manchuria. Dia adalah anggota pendiri dan presiden pertama Asosiasi Medis China (1916-1920).

Masker yang dirancang Wu diproduksi secara luas ketika flu Spanyol melanda pada 1918. Alar pelindung itu menjadi sangat terkenal di kalangan ilmuwan dan petugas medis.

Dia kemudian memimpin upaya untuk memerangi pandemi kolera 1920-21 di timur laut China.

Selama invasi Jepang di Manchuria pada 1931, Wu ditahan oleh otoritas Jepang karena dicurigai sebagai mata-mata China. Dia pun terpaksa melarikan diri dan kembali ke Malaysia.

Dua puluh tahun kemudian, Wu menjadi orang Malaysia pertama yang dinominasikan untuk hadiah Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran.

Baca juga: Aturan Baru Joe Biden Kendalikan Covid-19: Wajibkan Penggunaan Masker di Transportasi Umum

Kematian dan peninggalan

Wu mempraktikkan pengobatan sampai akhir hayat pada usia 80 tahun. Dia membeli satu rumah baru untuk pensiunan dan menyelesaikan otobiografi setebal 667 halaman, Plague Fighter, di Autobiography of a Modern Chinese Physician.

Pada tanggal 21 Januari 1960, dia meninggal dunia karena stroke.

Pada 1995, putri Wu, Dr Yu-lin Wu, menerbitkan sebuah buku tentang ayahnya, Memories of Dr Wu Lien-teh, Plague Fighter.

Pada 2015, Institut Wu Lien-Teh dibuka di Universitas Kedokteran Harbin. Pada 2019, The Lancet meluncurkan Hadiah Wakley-Wu Lien Teh tahunan untuk menghormati Wu dan editor pendiri publikasi tersebut, Thomas Wakley.

Wu Lien-teh dianggap sebagai orang pertama yang memodernisasi layanan medis dan pendidikan medis China.

Di Universitas Kedokteran Harbin, patung perunggunya dibuat untuk memperingati kontribusinya bagi kesehatan masyarakat, pengobatan pencegahan, dan pendidikan kedokteran

Masker N95 yang direkomendasikan untuk melindungi dari pandemi virus corona saat ini, secara luas dianggap sebagai keturunan desain Wu.

Selama pandemi, beberapa ahli telah mencatat pentingnya dan pentingnya pekerjaan Wu.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com