Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Korea Keras Kepala

Kompas.com - 13/06/2013, 03:02 WIB

SEOUL, RABU - Sikap keras kepala Korea Utara dan Korea Selatan menjadi penyebab gagalnya rencana pertemuan tingkat tinggi antarpemerintah kedua negara yang sedianya digelar di Seoul, Rabu (12/6). Komunikasi pun kembali terputus setelah Pyongyang tak mengangkat telepon dari Seoul.

Perundingan yang dipandang memberi harapan perdamaian dan pembukaan kembali kawasan industri bersama di Kaesong itu dibatalkan, Selasa malam.

Penyebab awalnya, Korea Utara (Korut) merasa tersinggung dengan keputusan Korea Selatan (Korsel) mengganti pemimpin delegasinya.

Dalam penjelasan singkat, Selasa, juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Kim Hyung- suk, menyebut pihak Korut tak jadi mengirim utusannya ke Seoul.

Menurut Kim, pihak Korut batal hadir ke pertemuan itu karena tak setuju dengan perubahan pemimpin delegasi Korsel. Sebelumnya, Korsel berharap pertemuan itu dilakukan di tingkat menteri. Namun, pada saat-saat terakhir, pemimpin delegasi Korsel dialihkan ke seorang wakil menteri.

Hal itu membuat Korut marah karena menganggap keputusan Korsel itu telah mengolok-olok dan ”memprovokasi”.

Sebaliknya, pihak Seoul berdalih penggantian pemimpin delegasi itu untuk menyamakan dengan tingkat senioritas pejabat Korut yang akan memimpin delegasi Pyongyang.

Saat ditanya oleh parlemen mengapa Pemerintah Korsel tidak menuruti tuntutan Korut dengan mengganti pemimpin delegasi menjadi setingkat menteri demi menyelamatkan perundingan itu, Perdana Menteri Korsel Chung Hong-won mengatakan, zaman telah berubah.

”Pada masa lalu kita selalu menuruti kemauan mereka secara tak terbatas, tetapi kini saatnya menggelar perundingan di mana kedua pihak diwakili oleh para pejabat dari level yang setara,” ujar Chung. Ia juga menambahkan, harga diri Korsel juga harus dipertimbangkan.

Pada hari Rabu, pihak Kementerian Unifikasi Korsel berusaha menghubungi Korut untuk menyambung kembali komunikasi. Namun, dua panggilan telepon melalui jalur komunikasi khusus Palang Merah tidak diangkat oleh pihak Korut.

Menurut rencana, pertemuan tingkat tinggi itu digelar di Hotel Grand Hilton, Seoul. Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Pyongyang terkait pembatalan perundingan itu.

Dipicu kesalahpahaman

Menurut Koh Yu-hwan, pakar Korut dari Universitas Dongguk, Seoul, pembatalan lebih dipicu kesalahpahaman mengenai kesetaraan jabatan dalam pemerintahan kedua negara yang menganut sistem politik berbeda.

Akibat kejadian itu, tambah Koh, kedua belah pihak saat ini sama-sama tersinggung. ”Butuh waktu lama lagi sebelum proses negosiasi dan pembicaraan berikut dilanjutkan,” tambahnya.

Dari sudut pandang ”orang luar”, sikap Korut terlihat sangat kasar. Akan tetapi, menurut sejumlah analis, sikap itu merefleksikan rasa tidak aman Korut saat berhadapan dengan Korsel yang jauh lebih kaya dan makmur.

”Semakin lemah posisi Korut, dia akan merasa makin takut terlihat lemah,” ujar Andrei Lankov, pakar Korut dari Universitas Kookmin di Seoul.

Menurut rencana awal, perundingan ini akan difokuskan pada pembukaan kembali kawasan industri bersama Kaesong dan resor wisata Gunung Kumgang di Korut.

Menurut Lankov, dua proyek kerja sama komersial itu sangat penting dan menguntungkan secara finansial bagi Korut.

Pembatalan perundingan itu disesalkan oleh para pengusaha Korsel yang membuka usaha di Kaesong. Asosiasi pengusaha Korsel di Kaesong mendesak Seoul dan Pyongyang mencari cara kembali ke meja perundingan sesegera mungkin.(AP/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com