Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Ultrakanan Hongaria Bangkit

Kompas.com - 06/05/2013, 02:35 WIB

Budapest, Sabtu - Ratusan warga Hongaria berkumpul hari Sabtu (4/5), di pusat kota Budapest, mengikuti unjuk rasa anti-zionis. Unjuk rasa itu digelar Partai Jobbik yang berhaluan ultrakanan. Unjuk rasa itu digelar sehari sebelum pembukaan Kongres Yahudi Sedunia (WJC) di ibu kota Hongaria itu.

Sekitar 500 demonstran, termasuk sebagian yang mengenakan seragam paramiliter terlarang Garda Hongaria, ambil bagian dalam demonstrasi itu. Pihak Kementerian Dalam Negeri sudah mencoba menghalangi unjuk rasa itu, tetapi gagal.

Para pemimpin partai oposisi Jobbik menuduh Israel berencana membeli Hongaria. Para tokoh partai terbesar ketiga di Hongaria, yang menguasai 43 kursi dari total 386 kursi parlemen, itu mengatakan, Presiden Israel Shimon Peres telah memuji orang- orang Yahudi karena membeli properti di Hongaria.

Mereka mengatakan, WJC memutuskan mengadakan pertemuan empat tahunannya di Budapest untuk mempermalukan rakyat Hongaria.

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, yang konservatif dan dijadwalkan berpidato pada pembukaan WJC, Minggu (5/5) malam, telah memerintahkan demonstrasi itu dilarang. Namun, pengadilan Budapest, Jumat, menyatakan, polisi akan melampaui otoritas mereka dengan melarang demo itu.

Polisi telah melarang demo itu setelah ada perintah dari Orban untuk mencegah gangguan di sekitar kongres tiga hari itu. Namun, seorang anggota parlemen dari Jobbik mengajukan kasus itu ke pengadilan.

WJC, yang biasanya mengadakan pertemuan rutin di Jerusalem, sengaja memilih Hongaria kali ini untuk menyoroti peningkatan kelompok-kelompok ultrakanan dan antisemitisme di Eropa. Lebih dari setengah juta orang Yahudi Hongaria tewas dalam Holocaust.

Tidak dijual

”Para penakluk dari Israel, para investor ini, seharusnya mencari negara lain di dunia untuk mereka karena Hongaria tidak dijual,” kata Ketua Partai Jobbik Gabor Vona kepada massa.

”Negeri kita telah ditundukkan zionisme, telah menjadi target kolonisasi. Sementara kita, orang-orang asli, hanya bisa memainkan peran pembantu,” kata Marton Gyongyosi, anggota parlemen Jobbik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com