Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Tolak Syarat Perundingan Korut

Kompas.com - 19/04/2013, 04:08 WIB

SEOUL, KAMIS - Pemerintah Korea Selatan menolak mentah-mentah sejumlah prasyarat yang diajukan Korea Utara untuk memulai lagi perundingan damai kedua pihak. Seoul menyebut tuntutan Korut itu ”absurd”.

”Tuntutan-tuntutan Korea Utara (Korut) itu sama sekali tak bisa dipahami. Semua absurd,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan (Korsel), Cho Tai-young, di Seoul, Kamis (18/4).

Beberapa jam sebelumnya, Departemen Kebijakan Komisi Pertahanan Korut, yang merupakan lembaga paling berkuasa di negara komunis itu, mengeluarkan pernyataan. Dalam pernyataan itu disebutkan dua prasyarat utama yang harus dipenuhi Korsel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS), sebelum perundingan bisa dimulai lagi.

Dua prasyarat itu adalah pencabutan semua sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Korut serta penghentian latihan militer bersama antara Korsel dan AS untuk selamanya.

”Jika Amerika Serikat dan bonekanya, Korea Selatan, punya keinginan untuk menghindari hantaman palu godam dari tentara dan rakyat kami serta benar-benar menghendaki dialog dan negosiasi, mereka harus membuat keputusan tegas,” ucap pernyataan lembaga itu.

Menanggapi tuntutan terbaru Korut itu, Cho menambahkan, pihaknya mendesak Korut menghentikan desakan yang tak bisa dipahami semacam itu dan segera membuat pilihan yang bijaksana.

Tuntutan Korut itu dilontarkan empat hari setelah Pyongyang menolak tawaran dialog dari Presiden Korsel Park Geun-hye, yang mereka anggap sebagai ”tipuan licik” dan tidak tulus.

AS dan Korsel menerapkan syarat bahwa setiap perundingan dengan Korut harus berujung pada perlucutan senjata nuklir yang dimiliki Korut. Sebaliknya, Korut telah bersumpah tidak akan menyerahkan senjata nuklirnya.

”Tak ada yang lebih bodoh daripada menekan Korea Utara untuk menunjukkan keinginannya melakukan denuklirisasi dulu,” ujar pernyataan Komisi Pertahanan Nasional Korut itu.

Beberapa pengamat berbeda pendapat dalam menanggapi tuntutan terbaru Korut itu.

Yang Moo-jin, profesor dari University of North Korean Studies di Seoul, melihat pernyataan Korut itu sebagai perkembangan positif. ”Ini adalah unjuk kekuatan awal dalam permainan tarik-menarik yang setidaknya menunjukkan keinginan untuk berdialog,” tutur Yang.

Sementara Daniel Pinkston, pakar Korut dari International Crisis Group, menyebutkan, terlalu naif untuk mengharapkan dialog dengan Korut terwujud dalam waktu dekat.

Menurut Pinkston, Korut telah bertekad melakukan segala upaya agar diakui sebagai negara kekuatan nuklir. Sementara AS dan Korsel telah menegaskan tak akan menerima Korut menjadi kekuatan nuklir dunia.

Sementara itu, para pengusaha Korsel yang telah menanamkan modal di kawasan industri Kaesong berharap krisis cepat berlalu dan mereka bisa kembali mengoperasikan pabrik-pabrik mereka di sana.(AFP/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com