Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Pemimpin Baru China

Kompas.com - 23/03/2013, 01:48 WIB

Yang cukup menarik perhatian para analis adalah gaya kepemimpinan Xi yang lebih informal, banyak berbicara dan berusaha mencitrakan dirinya sebagai politisi yang membumi. Ini sangat berbeda dengan gaya Hu yang formal, impersonal, dan sangat mengutamakan kolektivitas dan konsensus. Dalam era media sosial yang sulit disensor saat ini, gaya Xi mungkin lebih cocok untuk meningkatkan citra PKC. Namun, para analis memperkirakan perubahan dalam gaya kepemimpinan itu tidak berkaitan dengan keinginan melakukan reformasi politik sebagaimana diimpikan sebagian kalangan. Sebuah reformasi yang mengarah pada pluralisme politik dan perluasan kebebasan individu justru dapat melemahkan PKC. Alih-alih menggiring sistem China ke arah ”demokrasi ala Barat”, pilihan mempertahankan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi tampaknya akan ditonjolkan Xi sebagai basis legitimasi politiknya, di samping peningkatan upaya pemberantasan korupsi yang terus digaungkan.

Sebagai bagian dari masyarakat internasional, kita berharap gaya kepemimpinan Xi yang lebih luwes dan informal dibandingkan pendahulunya akan berimplikasi positif terhadap arah politik luar negeri China yang akhir-akhir ini dikhawatirkan banyak pihak. Pemerintah China cenderung bersikap keras dan tak kompromistis dalam konflik teritorial dengan Jepang dan sejumlah negara ASEAN. Persepsi tentang China yang semula mengutamakan prinsip ”kebangkitan yang damai” (peaceful rise) tampaknya kian berganti dengan kekhawatiran akan sikap tak kooperatif yang justru merangsang negara-negara lain bersikap tak ramah terhadap China, baik secara ekonomi maupun politik. Banyaknya investor Jepang yang berpindah ke Vietnam sejak ketegangan teritorial meningkat antara Jepang dan China adalah contoh implikasi ekonomi dari sikap politik China yang kurang fleksibel akhir-akhir ini.

Menguatnya nasionalisme dan rasa percaya diri di kalangan masyarakat dan elite politik China akibat kebangkitan ekonomi fenomenal merupakan hal yang harus dikelola dengan bijak oleh Xi dan pemimpin China lain. Sebagai negara pengekspor terbesar di dunia, terbukti dengan membanjirnya barang-barang made in China, China jelas perlu iklim hubungan yang baik dengan negara lain. Hubungan yang baik tentu lebih mudah dibangun dengan mengutamakan prinsip tenggang rasa daripada rasa kebanggaan diri yang berujung pada pemaksaan kehendak atas dasar pemilikan hard power.

Syamsul Hadi Pengajar di Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com